Setelah Marsha kembali ke Jepang hari-hariku kembali sepi, meskipun ada Adel dan juga Ashel di dekatku.
Tentang hubunganku dan Marsha aku sebisa mungkin menutupi dari mereka berdua. Aku tidak ingin Adel dan Ashel meledekku.
Dan mengenai si pemilik mata cokelat itu aku masih terus mencarinya tapi tetap saja tidak ketemu. Aku bahkan mulai berpikir jika dia adalah hantu atau roh yang gentayangan.
Hingga suatu hari kak Angkasa menarikku ke gudang sekolah dan mengajakku berbicara. Wajahnya terlihat jahat dan tampan di saat yang bersamaan, semenjak berhubungan dengan Marsha kita berdua juga menjadi dekat.
"Kenapa kak?"
"Lo mau ikut taruhan gak? Kata Marsha lo suka"
Aku mengernyitkan kenin tidak suka.
"Gak, gue males..."
Aku ingin melangkah pergi, tapi kak Angkasa segera menahanku.
"Kalo gitu bantuin gue aja"
"Bantu apa?"
"Minta nomor hpnya"
"Ini taruhan apaan sih? Kalo aneh-aneh gue gak mau"
Tatapanku penuh menyelidik, aku masih sangat mengingat tentang siswi yang ingin bunuh diri karena ketahuan hamil dan itu semua adalah pekerjaan orang di depanku ini.
"Macam biasa, anak-anak punya target baru"
Bugkkk!
Aku dengan tak berperasaan menendang bagian tengah kak Angkasa, itu tidak keras tapi aku yakin miliknya yang masih tertidur merasa nyeri.
Kak Angkasa meringis, wajahnya memerah dia ingin marah tapi hanya mampu menahannya. Setelah beberapa saat sakit dipangkal pahanya akhirnya hilang.
"Sialan, sakit nih punya gue" Kesalnya, aku menatapnya datar.
"Lo bantuin gue ntar gue juga bantuin lo" Tambah kak Angkasa.
"Bantuin apa?" Tanyaku penuh selidik.
"Bantuin lo biar Marsha bisa cepet pindah ke sini..."
Oke, kali ini aku setuju.
"Ceweknya siapa?"
Kak Angkasa akhirnya menceritakan tentang gadis tersebut. Dia adalah gadis yang sering Ashel dan anak-anak cheers lainnya bully, namanya Chika.
Tubuhnya yang gemuk membuat siapapun yang melihatnya memiliki keinginan untuk membullynya, saat mendengar ini aku mendengus tidak suka.
"Dia dimana?"
"Di atap sekolah..."
Dengan penjelasan singkat kak Angkasa aku berjalan ke atap sekolah. Hanya meminta nomor ponselnya, itu bukan sesuatu yang sulit.
Jika dia menolak, aku akan mengancamnya menggunakan nama Ashel. Anak-anak di sekolah ini takut dengan Ashel.
Ceklek...
Aku membuka pintu yang terhubung keatap sekolah dengan pelan, tidak ingin mengganggu seseorang yang ada di luar.
Daun pintu kubuka dengan lembut hingga akhirnya memperlihatkan seorang siswi dengan tubuh gemuk, pakaian yang dia pakai seolah tidak mampu menutupi tubuhnya yang gemuk.
Kenapa dia tidak ingin diet?
Mungkin menyadari jika ada orang lain, siswi itu menoleh ke belakang. Aku dengan cepat mundur dan bersembunyi di belakang pintu. Suasananya sunyi, setelah beberapa detik aku kembali mencuri pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUTO (Chika×Ara)
Romansa"Aku adalah PLUTO yang pernah memotong orbit NEPTUNUS dulu"