“Ahh ada apa Tuan-Tuan ini kemari?” Jeonghan tersenyum ketika Mingyu, Chan dan Seungkwan berdiri dihadapannya.
Ketiganya tampak canggung karena kini, Seungcheol dan juga Wonwoo menatap mereka dari atas sampai ke bawah. Yang menjadi masalah ialah, mereka bertiga datang ke rumah Seungcheol dan Jeonghan. Karena ternyata tawaran pekerjaan itu hanya untuk sehari saja dan saat ini adalah hari dimana Seungcheol akan menyeleksi orang-orang yang telah Jeonghan pilih kemarin. Mingyu tidak mau kehilangan pekerjaan menggiurkan ini, jadi dia bertekad untuk datang kemari berbekal kemampuan mereka mengikuti para pria yang akan diseleksi.
“Kami ingin melamar pekerjaan ini.” Seungkwan menunjukkan lembar kertas yang Wonwoo tempelkan kemarin.
“Sayang sekali, pendaftaran telah tutup. Kalian kurang beruntung.” Kata Jeonghan enteng dan kembali duduk di batang kayu yang Seungcheol bentuk sedemikian rupa menjadi kursi. Didepannya juga ada meja kayu dan segelas teh hangat.
Seungcheol berdiri dibelakang Jeonghan, seolah pengawal pemuda itu. Jeonghan sudah menyuruhnya untuk duduk disampingnya, tetapi pria itu menolak. Sedangkan Wonwoo duduk disamping kiri Jeonghan. Ini pertama kalinya anak itu pergi ke rumah Jeonghan dan rumahnya sangat bagus. Banyak tanaman hias dan juga buah-buahan, rumahnya juga sangat rapi dan bersih.
Sepuluh orang pria yang Jeonghan pilih kemarin hanya dapat berdiri canggung karena Jeonghan masih berurusan dengan Mingyu dan yang lain.
“Kami bisa bekerja apa saja!” Seru Chan. Dia sudah memiliki harapan besar dan tidak siap jika harapannya itu hancur begitu saja. Dia tidak bisa kehilangan hotpot di musim dingin ini.
“Aku tidak bertanya kalian bisa kerja apa.” Jeonghan menatap ketiga pria didepannya satu per satu, kemudian sebuah seringai terbentuk dibibirnya. “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”
Mingyu, Seungkwan dan Chan membeku ditempatnya berdiri. Apakah Jeonghan mengenali mereka? Harapan mereka sepertinya akan hancur.
“Tidak, ini pertama kalinya kami bertemu denganmu.” Ujar Mingyu mengabaikan kekhawatiran di hatinya.
Jeonghan tidak mengatakan apa-apa lagi, tetapi seringai dibibirnya tidak hilang dan dia tetap melihat ketiga pria didepannya. Mereka bisa merasakan tatapan Jeonghan menelanjangi jiwa mereka dan membuat tenggorokan ketiganya kering. Aura Jeonghan begitu mengintimidasi, bahkan orang-orang yang tahu beladiri seperti mereka tetap merasakan tekanannya.
Syush!
Set.
Semua orang yang ada disana membulatkan mata mereka ketika Jeonghan melemparkan gelas berisi teh hangat di tangannya kepada Mingyu. Bahkan pria itu merasakan jantungnya berdetak kencang meski ia bisa menangkap gelas itu tanpa menumpahkan isinya sedikit pun.
Wonwoo ternganga begitu juga dengan sepuluh pria dibelakang yang tadinya merasa bosan jadi antusias. Satu-satunya wanita kemarin menutup mulutnya tak percaya. Sementara Seungcheol hanya meliriknya sekilas, dia memperhatikan raut wajah ketiga pria didepannya yang nampak begitu terkejut.
“Bagus. Kalian diterima.” Ucap Jeonghan tiba-tiba.
“HAH?!” Ketiganya memasang wajah yang lebih terkejut lagi.
“Apa kalian tidak ingin pekerjaan ini?” tanya Jeonghan membuat mereka bertiga segera menunduk dan mengucapkan terima kasih.
Ketiganya masih linglung ketika berbaris bersama pria lainnya. Begitu mudahnya mereka diterima? Mingyu melihat ke arah Jeonghan yang minum tehnya dengan tenang bersama Wonwoo. Sebenarnya siapa Jeonghan?
Seungcheol berjalan bersama Jeonghan disampingnya kedepan para pria itu. Wonwoo juga mengekor dari belakang karena tidak tahu akan melakukan apa.
“Perhatian semua, kalian akan diseleksi karena aku berencana mencari pekerja yang setia dan mau bekerja denganku dalam jangka waktu yang lama. Seperti yang tertulis dipapan pengumuman, kalian akan mendapat upah yang setimpal, makanan dan juga tempat tinggal. Pekerjaan kalian adalah berkebun dan kadang akan membuka lahan. Aku tidak suka orang malas dan bermuka dua. Bekerjalah sesuai dengan keinginanku maka kalian akan baik-baik saja.” Jelas Jeonghan panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [CheolHan] ✓
FanfictionYoon Jeonghan adalah seorang petani sebatang kara yang tinggal di desa terpencil. Suatu hari, nasib sial menimpanya. Ia terpeleset dan tenggelam di sungai ketika sedang mencari ikan. Lalu ia terbangun di sebuah gubuk dari ilalang dengan pakaian tra...