34. Tidak boleh mendekati suami orang

3.2K 327 59
                                    

“Nak Jeonghan!”

Bibi Kim berlari menghampiri Jeonghan yang baru saja turun dari kereta miliknya. Wanita paruh baya itu memeluk pemuda didepannya erat.

“Bibi, apa kabar?” Jeonghan tersenyum sembari membalas pelukan wanita itu.

Hari ini Jeonghan bersama dengan Seungcheol dan beberapa pekerja mereka datang ke desa. Niat Jeonghan adalah untuk melihat perkembangan bisnisnya secara langsung, mengunjungi para warga desa dan memberi pelajaran pada Tuan Choi beserta Sujin.

Seungcheol dan yang lainnya hanya bisa berdiri diam sembari melihat Jeonghan yang kini dikerumuni oleh warga desa, terutama orang-orang yang sudah cukup tua. Mereka memeluk dan menciumi Jeonghan dan hal itu membuat kening Seungcheol berkerut. Dia berjalan menghampiri pemuda itu dan menariknya mendekat padanya. Kemudian memasang wajah penuh permusuhan pada warga desa yang kelihatan canggung.

Jeonghan menghela napas kemudian mengusap pelan lengan besar Seungcheol, agar pria itu tenang. Dan benar saja, wajah Seungcheol berubah lembut sembari menatap Jeonghan penuh binar.

Seungkwan hampir memuntahkan darah dari mulutnya. Apa semua suami itu seperti hewan jinak jika sudah bersama istrinya?

“Aku datang untuk melihat perkembangan kios. Para Bibi dan Paman terlihat begitu bersemangat.” Ujar Jeonghan sembari tersenyum membuat para pekerja dan warga desa yang sudah lama mengagumi Jeonghan memegangi hatinya agar tidak meluruh ke tanah.

“Kami sangat merindukanmu, Nak!” Dan lagi, para warga desa itu memeluk Jeonghan erat-erat.

Cukup lama Jeonghan habiskan untuk menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan warga desa padanya. Ia juga menjelaskan bagaimana kondisi di ibukota dan membagikan beberapa makanan dari ibukota. Para warga sangat senang. Jeonghan seperti anak mereka yang baru saja pulang dari perantauan. Pemuda itu selalu berperilaku sopan dan berbicara dengan lembut. Jeonghan se murni malaikat.

Setelah cukup lama bercengkrama dengan para warga, Jeonghan berjalan menuju kiosnya yang pertama sekali. Pemuda itu tersenyum lembut melihatnya. Dari sinilah ia pertama kali mendapat penghasilannya. Semua kerja keras yang dilaluinya bersama Seungcheol benar-benar membuahkan hasil yang baik.

“Kakak!”

Mingyu berbalik dan menemukan Wonwoo yang sudah tenggelam di pelukan Jeonghan. Tapi hal itu tidak berlangsung lama karena Seungcheol segera menarik anak itu seperti kucing dan menyingkirkannya. Wonwoo memasang wajah kesal sementara Seungcheol terlihat tidak peduli.

“Tuan,” Mingyu membungkuk sekilas kepada Jeonghan yang berjalan melewatinya. Diikuti oleh Seungcheol dan pekerja yang lain.

“Apa ada masalah?” Tanya Jeonghan sembari menyentuh permukaan lobak putih.

Mingyu melirik Wonwoo yang terlihat kesal disampingnya, “Tidak ada, Tuan.”

“Baiklah. Aku akan pergi ke suatu tempat. Lanjutkan pekerjaan kalian.” Jeonghan meninggalkan kiosnya lalu berjalan lurus ke toko Choi.

Wonwoo berjalan menuju kereta meninggalkan Mingyu yang terlihat bingung. Tetapi sudahlah, Wonwoo memang terkadang suka seenaknya.

“Apa kau yakin dia tidak apa-apa?” Bisik salah seorang pekerja bernama, Jung Yonghwa kepada Seungkwan.

Seungkwan melirik ke arah kereta sekilas, “Tuan pasti tahu yang dia lakukan.”

Yonghwa mengangguk, meskipun dia terkadang melihat ke belakang dengan khawatir.

••||••

“Tuan Choi.” Sapa Jeonghan kepada Tuan Choi.

“Mau apa kau kesini?!”

Different World [CheolHan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang