49. Dendam yang layu

2.7K 319 113
                                    

Yoon Jisoo menurunkan cangkir teh di tangannya lalu menatap mata Jeonghan yang kini duduk di hadapannya.

"Ku rasa kita tidak memiliki urusan lagi?" Alis Jisoo terangkat.

"Seharusnya memang tidak. Tapi aku ingin meminta belas kasih darimu. Itu pun jika, aku pantas." Jisoo tidak sedikitpun menurunkan pandangannya.

Lama Jisoo dan Jeonghan saling menatap seperti itu. Sehingga Seungcheol yang duduk di samping Jeonghan mulai gugup.

Hari ini mereka datang jauh-jauh ke rumah keluarga Yoon karena Jeonghan ingin meminta bantuan kepada Jisoo. Seungcheol tidak tahu mengapa Jeonghan membutuhkan bantuan Jisoo. Tetapi meskipun demikian, Seungcheol tetap setia mengikuti pemuda kesayangannya itu kemanapun.

"Apakah yang membuatmu merasa pantas untuk mendapatkan bantuanku?" Tanya Jisoo terdengar meremehkan.

"Aku tidak tahu. Aku hanya merasa bahwa hanya kau yang bisa membantuku."

"Apakah itu membuatmu pantas?"

"Ya. Aku merasa pantas."

"Apa hubunganmu denganku?" Jisoo menatap serius kepada Jeonghan yang sama sekali tidak gentar.

Jeonghan tidak segera menjawab, dia menatap Jisoo serius. "Tidak ada. Aku datang kesini hanya sebagai klien yang membutuhkan bantuanmu dan akan membayar jasamu."

"Heh!" Jisoo tertawa kecil karena merasa apa yang dikatakan Jeonghan sangat lucu baginya. "Benarkah? Dengan apa kau akan membayarku?"

"Aku punya uang-"

"Aku juga punya uang."

Ucapan Jeonghan terpotong oleh Jisoo. Kata-katanya membuat Jeonghan terdiam seribu bahasa. Otaknya berfikir keras.

"Aku bisa mengusahakan apapun yang kau inginkan!" Ujar Jeonghan mantap pada akhirnya.

"Hahahaha." Jisoo kembali tertawa dan itu membuat Jeonghan mengangkat alisnya bingung. Dia tidak merasa mengatakan sesuatu yang lucu.

"Kau tahu semua bayaran klien ku bukanlah benda," Jisoo kembali menatap datar terkesan dalam tepat ke bola mata Jeonghan. "Mereka membayar dengan jiwa."

Jisoo menopang wajahnya menggunakan punggung tangan, tanpa memutuskan kontak mata dengan Jeonghan yang terlihat gugup.

"Aku menginginkan jiwanya." Jari telunjuk Jisoo yang memiliki kuku tajam dan panjang berwarna hitam menunjuk tepat di rongga dada sebelah kiri Seungcheol.

Mata Jeonghan membulat. Dia bergerak ke depan dan menutupi tubuh Seungcheol dengan tubuhnya sendiri. Pandangannya sangat tajam dan beradu dengan tatapan Jisoo yang terasa sangat menakutkan.

Sensasi dingin merayap menuruni punggung Jeonghan. Dia tiba-tiba merasa sesak dan pundaknya terasa sangat berat. Terasa seperti ada yang menggenggam jantungnya. Namun, tak lama sensasi menyesakkan itu menghilang begitu saja.

Jisoo menatap datar kepada hantu miliknya yang sudah di hancurkan oleh sosok transparan cantik di belakang Jeonghan.

"Bisakah kau memberikan jiwanya padaku?" Tanya Jisoo sekali lagi.

"Tidak bisa." Jawab Jeonghan sangat tegas.

"Jika begitu, aku tidak bisa membantumu." Jisoo menurunkan jari menyeramkan miliknya.

"Aku juga tidak membutuhkan bantuanmu lagi." Jeonghan berdiri dan segera menarik tangan Seungcheol.

Mereka meninggalkan kediaman keluarga Yoon. Niatnya kemari adalah meminta bantuan Jisoo untuk melindungi para pekerjanya dan juga dirinya serta Seungcheol. Dia memiliki firasat buruk dan juga ingin segera menghancurkan Sujin sebelum wanita itu bertindak semakin jauh.

Different World [CheolHan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang