Pagi itu, Marq terbangun jam delapan pagi, dari tidurnya.
Semalam, dia menginap di rumah Tina, karena emosinya sedang memuncak.Dia tidak ingin terjadi kecelakaan hanya karena memikirkan hal-hal yang tidak penting tersebut.
Pagi itu, Marq buru-buru pulang ke rumah nya, karena pada jam setengah sepuluh, dia ada meeting di kantor nya.
Tina telah mengajaknya untuk sarapan bersama, tapi dia menolaknya dan segera buru-buru pulang.
"Kak Marq, ayo sarapan dulu" ajak Tina
"Tidak usah... Aku sedang buru-buru", tolak Marq.
"Eh tapi...." Tina menghentikan ucapannya, saat melihat Marq sudah berlalu pergi.
"Katanya tidak cinta. Tapi kok, perhatian" Rachel menggoda Tina, di meja makan.
"Tentu saja aku perhatian. Bagiku, dia sudah seperti kakak laki-laki ku sendiri. Dia telah menjaga, dan selalu membela ku. Dia adalah kakak laki-laki impian semua gadis" ujar Tina.
Rachel kini menatap Tina...
"Aku juga pernah punya kakak laki-laki yang begitu aku sayangi" ucap Rachel
"Benarkah?"
"Tapi dia sudah meninggal, dalam sebuah kecelakaan beberapa tahun lalu"
sambung Rachel, tatapan nya kini kosong, mengingat detik-detik bersama dengan kakaknya ketika kecil dulu.
Tina menatap sendu ke arah Rachel.
Dia tau, itu pasti adalah masa-masa terburuk nya."Tidak ada yang tau dengan umur seseorang, aku juga pernah merasa kehilangan" ujar Tina.
***
Siang itu, setelah meeting bersama klien selama beberapa waktu, Marq langsung meninggalkan kantornya.
Dia menaiki mobil hitam nya, dan langsung menuju salah satu area perkampungan di kota itu.
Dia memandang alamat yang ada di handphone nya. Ini benar-benar lokasi yang tertera di layar kaca hp nya.
"Pantas saja aku tak bisa menemukan mu... Ternyata kau tinggal di tempat ini.
Ini begitu jauh, dari ruma lama mu, dan begitu juga dengan rumah ku" ucap Marq pelan pada dirinya sendiri.Dia pun berjalan melewati gang di sana, mencari alamat yang tertera di layar handphone nya.
"Permisi Bu' bolehkah saya bertanya?" Sapa Marq, pada salah satu penduduk tempat itu.
"Iya, boleh... Mau tanya apa nak?" Tanya seorang ibu itu, pada Marq.
"Alamat ini di mana yah?" Tanya Marq, sambil menunjuk kan alamat yang ada di handphone nya itu...
"Oh, dari sini... Tinggal lurus saja, di depan sana ada perempatan terus belok kanan, tinggal cari saja, rumah nomor 24" jelas ibu itu.
"Oh iya, terimakasih yah ibu" ucap Marq, sambil terus berjalan sesuai yang ibu tadi tunjukkan.
Setelah sekitar lima belas menit dia berjalan kaki, akhirnya dia sampai tempat yang dia tuju.
Dia melihat rumah, yang berukuran sedang, tidak terlalu kecil, dan juga tidak terlalu besar.
Di depan rumah itu, ada sebuah taman bunga kecil, yang asri, di penuhi oleh banya bunga aster, dan beberapa jenis bunga lainnya.
Dia memandang, warung yang kini ramai di penuhi oleh para pelanggan di samping rumah itu.
Marq, tersenyum kecil, ketika melihat sang pemilik warung itu. Dia melayani dengan penuh perhatian, bagi setiap para pembeli nya.
Marq, melangkah kan kaki ke dalam pekarangan rumah itu.
Dia berdiri, di belakang para pelanggan yang sedang membeli di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJUANGAN CINTA TINA (END)
Teen FictionPindahan dari aplikasi Fizzo Perusahaan Maurence sedang dalam ambang kebangkrutan, namun seorang pengusaha kaya raya bernama Mikel Adijaya datang, dan menawarkan suntikan dana pada perusahaan tersebut. Tentu saja hal itu tidak dia berikan secara cu...