-Lima hari kemudian
Pagi itu, Tina terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk, di pagi hari. Dia duduk, sambil mencoba mengumpulkan kesadarannya.
Dia bermimpi, dia berada di sebuah tempat berdua dengan First. Tapi tiba-tiba, First pergi meninggalkan nya sendirian di sana.
Tina terlihat khawatir saat mengingat mimpi nya barusan. Dia pun segera melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06:45 pagi, di luar matahari sudah terik.
"Kata orang, mimpi di pagi hari akan menjadi kenyataan" gumam Tina dengan rasa khawatir.
'Menjauh lah dari ku. Jika perlu, pergilah sejauh mungkin dari hidup ku dan jangan kembali lagi....'
Tiba-tiba, Tina langsung teringat dengan kata-kata nya beberapa hari yang lalu.
Dia benar-benar merasa bersalah karena telah mengucapkan kalimat itu pada First."Bagaimana jika First benar-benar pergi? Tidak .. tidak... Dia tidak akan meninggalkan aku" gumam Tina, sambil menggelengkan kepalanya.
'Baiklah... Jika itu kemauan mu. Akan aku turuti'
Tiba-tiba, perkataan First di hari itu terngiang jelas di ingatan nya.
Dia benar-benar khawatir kalau First benar-benar membuktikan perkataan nya.
"Sial apa yang aku pikirkan... Itu tidak akan mungkin terjadi"
gumam Tina, sambil memukul-mukul kepalanya dengan telapak tangannya beberapa kali, agar pemikiran nya itu hilang.
Hari ini, dia harus full senyum. Karena hari ini adalah akhir tahun. Tanggal 31 Desember. Dan pada keesokan harinya, mereka sudah memasuki tahun baru.
***
"Selamat pagi papa, mama, kak", sapa First sambil menarik sebuah kursi di depan meja makan, dan duduk di sana.
"Pagi sayang. Apakah kau sudah selesai mengemasi barang-barang mu?" Tanya Ana pada First.
First pun mengangguk kecil sebagai jawaban bahwa dia telah melaksanakan apa yang di perintahkan oleh ibunya.
Hari ini, adalah hari terakhir nya di tahun ini, juga hari terakhir nya di negara ini.
Karena besok, dia akan segera pergi dari negara ini, dan tinggal di negara asing bersama kedua orang tuanya."First... Papa tanya sekali lagi sama kamu. Kamu benar-benar yakin atas keputusan mu kan?" Tanya Ricko, yang ingin memastikan.
"Iya pa... Udah berapa kali First bilang, First udah yakin" balas First.
"Papa hanya ingin memastikan, supaya kamu tidak akan menyesal di kemudian hari" ujar Ricko. First pun hanya tersenyum hambar.
Jauh di dalam lubuk hati kecil nya yang paling dalam, dia sebenarnya tidak ingin meninggalkan negara ini.
Karena seperti yang dia katakan, dia tidak mau terpisah dari Tina, juga tidak mau meninggalkan kakaknya hidup seorang diri tanpa ada satupun anggota keluarga yang tinggal bersamanya.
"Baiklah nak... Bersiaplah. Besok kita akan segera berangkat. Setelah makan, Pergi, dan temuilah teman-teman mu untuk yang terakhir kali nya" ujar Ricko.
First pun hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia memang telah berencana untuk menemui sahabatnya itu sebelum dia pergi ke Spanyol.
Dia juga telah menyiapkan sebuah kotak, yang akan dia titipkan pada Sandi untuk di berikan pada Tina, sebagai kenangan terakhir dari nya.
***
"Selamat pagi Tante" sapa First pada Zara, yang saat itu tengah menyiram tanaman di depan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJUANGAN CINTA TINA (END)
Teen FictionPerusahaan Maurence sedang dalam ambang kebangkrutan, namun seorang pengusaha kaya raya bernama Mikel Adijaya datang, dan menawarkan suntikan dana pada perusahaan tersebut. Tentu saja hal itu tidak dia berikan secara cuma-cuma. Dia memiliki syarat d...