Didepan sebuah mansion besar, kini terlihat sepasang kakak adik dengan wajah bule mereka tengah berdiri di sana.
"Ini adalah hasil usaha Ayah, dan ibu setelah bertahun-tahun berjuang dalam dunia bisnis," ucap Tina kepada kakaknya yang kini sudah berdiri disampingnya dengan sebuah koper besar.
"Namun sayangnya, Tuhan ternyata sangat menyayangi mereka sehingga mengambil mereka dariku." Tatapan William menjadi nanar.
"Ayo kita masuk, kak!" Tina mengajak sang kakak untuk masuk kedalam rumah besar itu.
Dia mengantar kakaknya ke salah satu kamar kosong yang berada dilantai dua, tepat disamping kamar Rachel.
William pun meletakkan kopernya didalam kamar itu, dan mereka duduk diatas ranjang untuk saling berbicara satu sama lain.
"Besok aku ingin menemui calon suamimu," ucap William, membuat Tina segera menatapnya.
"Maksudnya?" Tanya gadis itu sambil mengerutkan keningnya.
"Kau sudah bertunangan, kan?"
"Bagaimana kau tau?" Tanya Tina dengan nada herannya.
"Tentu saja aku tau, sebelum aku datang kesini aku sudah mencari tahu semua tentang adikku," jawab William dengan senyuman hangatnya.
"Aku baru saja memutuskan pertunangan ku," balas Tina, membuat William memicingkan kepalanya.
"Why?" Tanya pemuda sembilan belas tahun itu.
"Tidak ada cinta diantara pertunangan kita kak, itu hanyalah sebatas perjodohan, dan permintaan terakhir ayah sebelum dia meninggal," jawab Tina.
"Jadi kau tidak mau mengabulkan permintaan terakhir dari ayah?" William memandangi adiknya dengan tatapan tidak mengerti.
"Bukan begitu, kak. Ayah meminta kak Marq, seseorang yang di jodohkan dengan ku, untuk terus menjagaku ketika mereka pergi. Dan kak Marq memutuskan hubungan diantara kami karena dia ingin menjalankan amanah terakhir ayah itu dengan menjadi kakak ku, bukan pasangan hidupku. Karena dia memiliki seseorang yang dia cintai, sama halnya dengan aku."
Mata pemuda itu seketika memanas, kedua orang tua mereka menitipkan adiknya sendiri kepada anak orang lain, karena mereka pasti berpikir bahwa sampai mati pun, putra kandung mereka tidak akan pernah datang dan mencari tahu tentang mereka.
"Kau juga memiliki seorang kakak perempuan, kan?" Tanya William dan diangguki oleh Tina.
"Namanya adalah kak Rachel, dia sangat baik. Aku sangat menyayanginya seperti kakak ku sendiri," jawab Tina.
"Lalu bagaimana dengan ku?" Tina memandang sang kakak yang melayangkan pertanyaan itu.
"Apa maksudmu, kak? Kau adalah kakak kandung ku. Melebihi mereka semua, aku sangat menyayangimu. Kau adalah satu-satunya Keluarga sedarah yang ku punya..." William menarik sang adik untuk masuk kedalam pelukannya setelah mendengar tentang hal itu.
Dia benar-benar merutuki dirinya karena baru mencari adiknya sekarang. Adiknya telah kehilangan kedua orang tua mereka, tanpa adanya dia di samping sang adik.
"Kakak minta maaf karena baru datang sekarang, adikku." Gumam William dengan nada lirih.
"Tidak apa-apa, terlambat. Setidaknya kau datang mencariku, daripada tidak sama sekali..." Balas Tina dengan nada yang lirih.
ミ●﹏☉ミ
PLAAKKK!!!
Wajah seorang pemuda kini tertoleh kesamping akibat tamparan hebat yang dia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJUANGAN CINTA TINA (END)
Teen FictionPerusahaan Maurence sedang dalam ambang kebangkrutan, namun seorang pengusaha kaya raya bernama Mikel Adijaya datang, dan menawarkan suntikan dana pada perusahaan tersebut. Tentu saja hal itu tidak dia berikan secara cuma-cuma. Dia memiliki syarat d...