"Tidak bisa...!" Teriak Cassandra dengan lantang, sambil menghentikan Tina.
Dia sangat menyukai gaun itu, dan dia tidak bisa memberi kan gaun itu untuk Tina.
Cassandra adalah memang sudah di manjakan oleh orang tuanya sejak kecil.Apapun yang dia ingin kan, dia harus selalu mendapatkan nya.
Jika tidak, maka dia akan bermain pintar untuk mendapatkan apa yang dia mau."Apakah Memang sudah tidak ada yang mirip seperti ini Mbak?" Tanya Ell, pada pegawai butik itu.
"Maaf Tuan, tapi ini tinggal satu-satunya stok di butik kami, yang lainnya sudah terjual" balas sang pegawai wanita itu, pada Ell.
"Satu pun nggak ada?" Tanya Ell kembali untuk benar-benar memastikan.
"Satupun udah nggak ada tuan" balas sang pegawai wanita.
"Empat juta... Aku akan membayar nya empat juta, asalkan gaun itu menjadi milik ku" lontar Cassandra, dengan percaya diri.
"Enam Juta!" Lontar Tina dengan santai, seolah tidak memperdulikan siapapun.
"Bagaimana jika delapan juta saja" tawar Cassandra pada sang pegawai, dengan senyuman puas di wajahnya.
"Sepuluh juta" Tina menindis.
Cassandra memandangi Tina dengan kesal, dan penuh Amarah...
"Gadis ini benar-benar mau menantang ku, dia pikir dia siapa ... " Cibir Cassandra pelan.
Tina hanya memandangi Cassandra dengan tatapan sinis.
Dia ingin memiliki gaun yang dia inginkan itu. Dan dia pasti akan memiliki nya dengan segala cara.
"Mbak, tolong bungkus kan gaun itu. Saya akan membelinya" ucap Tina pada pegawai itu, tanpa melirik Cassandra sedikit pun.
"Tidak... Gaun ini harus menjadi milik ku" teriak Cassandra, hingga membuat mereka menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sana.
"Maaf, tapi saya yang lebih dulu mendapatkan gaun ini."
Balas Tina dengan santai, walau sebenarnya hatinya juga sudah mulai memanas, tapi dia masih mempertahankan kesopanan nya. Karena sekarang dia sedang berada di depan umum.
"Dasar anak kecil..."
Geram Cassandra sambil melangkah dan mengangkat tangannya ingin menampar Tina, tapi tindakan nya itu pun langsung di hentikan oleh Ell.
"Kamu harus jaga kesopanan kamu ... Lihat, kita sedang di perhatikan banyak orang" bisik Ell, sambil menenangkan Cassandra.
"Kau pikir aku perduli hah?! Aku tidak perduli" balas Cassandra dengan tatapan tajam.
"Ada apa ini..!"
Tiba-tiba, seorang wanita paruh baya dengan gaya arogan datang memasuki tempat itu.
"Ada keributan apa ini Rachel?"
Tanya wanita paruh baya itu, pada pegawai wanita itu.
Wanita paruh baya itu, tidak lain adalah pemilik butik tersebut.Pegawai wanita yang di panggil Rachel oleh sang pemilik butik tadi pun, langsung menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
Wanita paruh baya itu pun, langsung menatap wajah Cassandra yang kini sudah memerah, lalu beralih ke Tina yang masih tenang di tempatnya.
"Maaf Nona Cassandra... Tapi gaun ini sudah di pilih oleh Nona..." Pemilik butik itu pun, langsung menatap Tina, dia tidak tau nama gadis SMA di depannya itu.
"Nama saya Tina Bu" Tina memperkenalkan namanya , sambil menunjuk kan senyuman manisnya.
"Oh iya... Maaf Nona Cassandra, tapi gaun ini sudah lebih dulu di pilih oleh Nona Tina.
Jadi, saya memohon maaf, atas ketidak nyamanan anda. Anda sebaiknya mencari gaun yang lain saja Nona Cassandra. Nona Tina, anda bisa memiliki gaun ini" ujar sang pemilik butik.Rachel si pegawai butik itu pun, tersebut sambil meraih dan menggaris kartu ATM milik Tina, di mesin ATM nya untuk pembayaran.
Segera, Tina pun berbalik pergi setelah menerima paper bag yang berisi gaun itu, tanpa memperdulikan tatapan mengganas kan dari Cassandra.
Tina yang tadinya ingin membeli banyak barang, pun akhirnya memilih untuk pulang saja, karena wanita yang bernama Cassandra itu benar-benar telah merusak moodnya untuk pergi berbelanja barang lain hari ini.
Tak terasa, waktu cepat sekali berlalu. Jarum Jam terus saja berputar tanpa henti
Kini, waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 malam.Tina kini sedang duduk di meja belajar nya. Dia belajar untuk ujian besok hari.
..tok...tok...tok...
Seseorang mengetuk pintu kamar Tina.
Itu adalah ketukan dari Bu Wati,, yang hendak membawakan susu dan cemilan untuk Tina."Masuk Bu" perintah Tina, yang tatapan nya masih fokus dengan buku nya.
"Nona... Ini ibu bawakan susu sama cemilan" ucap Bu Wati dengan nada yang sangat ramah, sambil berjalan memasuki kamar Tina.
"Oh iya... Makasih yah Bu" ujar Tina, sambil tersenyum sangat manis.
"Iya sama-sama non" balas Bu Wati dengan senyuman.
"Kalo begitu, Ibu permisi yah non" lanjut Bu Wati, sebelum dia pergi keluar dari dalam kamar Tina.
***
Ke esokkan hari nya.
itu sudah jam istirahat di sekolah, ketika Sandi menghampiri Nadia yang duduk sendirian di sudut kantin.
"Hay nad..."
Sapa Sandi dengan Rama. Bukan hanya ramah, tapi sungguh luar biasa ramah sekali, dengan senyuman hangat yang tergambar di wajah tampan lelaki itu.
"Ya?" Balas Nadia dengan super jutek
"Jangan gitu donk... Aku kan mau temenan sama kamu" kata Sandi, dengan nada agak manja.
Sandi, kemudian tertawa kecil saat memandangi wajah Nadia, Sambil mengingat Betapa bodoh nya dia saat kecil dulu.
Dia benar-benar di buta kan oleh cinta monyet, hingga bisa-bisa nya dia menyatakan cinta pada Nadia.Tapi jujur saja, walaupun begitu...
Cinta Sandi pada Nadia benar-benar tulus serius, dia tidak main-main dengan perasaan nya. Dia bahkan tidak pernah mau punya pacar semasa SMP nya, karena dia masih sangat berharap pada Nadia.Dan dia benar-benar tidak percaya, bahwa takdir telah mempertemukan dia dan Nadia kembali setelah bertahun-tahun terpisah, dan menempatkan nya kembali di satu kelas yang sama dengan Nadia.
Apalagi, tempat duduknya di kelas, bersampingan dengan tempat duduk Nadia.
Di sisi lain, Nadia hanya menatap ke depan, tatapan nya benar-benar kosong sekarang.
Dia sebenarnya adalah gadis yang ceria dan gampang sekali berteman dengan orang lain.Tapi kalau dengan sandi, dia benar-benar tidak tahan..
Bukan karena dia tidak menyukai Sandi,
Tapi karena dia benar-benar malu dengan masa lalu mereka.Dia benar-benar malu, ketika melihat orang yang pernah dia tolak waktu SD dulu, kini telah tumbuh menjadi laki-laki tampan yang sering di bicara kan oleh teman-temannya.
"Kamu mau temenan sama aku?" Tanya Nadia agak judes.
Mendengar Nadia membuka percakapan mereka kembali, akhirnya senyuman terlukis di wajah sandi.
Dia kini mengangguk dengan semangat sebagai jawaban dari pertanyaan Nadia."Jangan harap! Aku sama kamu, nggak akan pernah bisa temenan!!" Ucap kejam Nadia, dengan tatapan setajam elang sambil berdiri dan berlalu dari tempat itu.
'lihat saja... Aku pasti akan mendapatkan mu gadis manis ..' batin Sandi, dengan seringai licik di wajah nya
*Bersambung*
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJUANGAN CINTA TINA (END)
Novela JuvenilPerusahaan Maurence sedang dalam ambang kebangkrutan, namun seorang pengusaha kaya raya bernama Mikel Adijaya datang, dan menawarkan suntikan dana pada perusahaan tersebut. Tentu saja hal itu tidak dia berikan secara cuma-cuma. Dia memiliki syarat d...