Siang itu, First kondisi First sudah membaik, dan sudah di bolehkah pulang dari rumah sakit. First pulang di antarkan oleh Sean, yang memang sengaja tidak masuk kantor selama beberapa hari ini.
"First, kau beristirahat lah, aku akan ke kamar ku" ujar Sean, setelah membantu First berbaring di tempat tidur nya.
First pun mengangguk, setelah itu Sean keluar dari kamar First. Baru saja First hendak menutup matanya, telepon nya tiba-tiba berdering.
Senyuman di wajah pucat First pun mengembang, ketika melihat Id pemanggil.
Yah, yang menelepon First saat itu tidak lain adalah Tina kekasih hati nya."Hallo Tina" sapa First dengan sangat bersemangat. Dia sangatlah merindukan Tina, sudah beberapa hari dia tidak bertemu ataupun berbicara dengan kekasih nya itu.
"Hallo First" , senyuman First memudar seketika, saat mendengar suara Tina yang begitu lesu.
"Sayang? Ada apa?" Tanya First lembut.
"First ada yang ingin aku bicarakan denganmu", ujar Tina
"Baiklah, dimana kita harus bertemu?" Tanya First, yang lupa kalau dirinya saat ini sedang dalam kondisi sakit.
"Tidak, aku akan berbicara lewat telepon saja" balas Tina.
"Baiklah, kalau begitu katakan" ujar First.
"First... Mari kita akhiri....." Tutur Tina, namun terhenti karena dia tidak sanggup untuk melanjutkan kata-katanya lagi. Dia menangis dalam diam, agar First tidak mendengar suaranya menangis.
"Akhiri apa Tin?" Tanya First, yang mencoba mengerti dengan apa yang Tina katakan
Tina pun, akhirnya mencoba menguatkan dirinya agar mampu mengatakan bahwa dia ingin mengakhiri hubungan mereka."Tina?" Panggil First saat mendengar tak ada balasan dari Tina.
"First... Dengar! Mari kita akhiri hubungan kita" akhirnya, Tina berusaha memampukan dirinya untuk mengatakan lima kata itu.
"A... Apa... Apa yang kau katakan Tina?" Suara First terbata-bata saat mendengar penuturan dari Tina.
"Apakah kurang jelas? Aku ingin kita putus!" Ujar Tina sambil menahan isak kan tangis nya
"Ti... Tidak mungkin... Kau... Kau pasti bercanda kan Sayang? Tidak mungkin kau akan mengakhiri hubungan kita. Kau sudah berjanji akan berjuang bersama-sama untuk hubungan kita" ujar First yang juga sudah mulai menangis.
"Apalagi yang harus di perjuangkan First? Hubungan kita sudah ada di jalan buntu! Sebaiknya kita akhiri hubungan kita" Ujar Tina, yang sudah tidak bisa lagi menahan Isak kan tangis nya.
" Tapi Aku mencintai mu Tina..." Lirih First pada Tina.
"Aku juga mencintaimu First..." Balas Tina. "Tapi maaf, kita tidak mungkin untuk bersama" lanjutnya lagi.
"Tapi Tina..."
"Sudahlah First..."
Tina menyela perkataan First, sebelum mematikan sambungan telepon mereka.
Tina kini menghempaskan tubuhnya di atas lantai di tepi tempat tidur nya. Dia menangis. Hatinya hancur, perasaan nya terkoyak-koyak.
'Aku tidak menyerah dengan cinta kita... Aku hanya menyadari, bahwa kita memang tidak mungkin untuk bersama'.
***"First, ini makan malam mu... Ayo di makan supaya kondisi mu bisa kembali membaik"
Ujar, Sean sambil memberikan makan malam untuk First yang masih duduk di atas tempat tidur nya.
"Aku sedang tidak mood makan" ucap First dengan lirih, sambil menolak baik-baik makanan yang di sodorkan oleh kakaknya kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJUANGAN CINTA TINA (END)
Ficção AdolescentePerusahaan Maurence sedang dalam ambang kebangkrutan, namun seorang pengusaha kaya raya bernama Mikel Adijaya datang, dan menawarkan suntikan dana pada perusahaan tersebut. Tentu saja hal itu tidak dia berikan secara cuma-cuma. Dia memiliki syarat d...