" Baru pulang nona?"
Tanya Marq pada Tina yang baru saja pulang, yang sedari tadi duduk di teras rumah Tina, sambil menghadap laptop nya.
Tina, hanya terdiam membisu mendengar pertanyaan dari Marq. Mudah saja, dia hanya perlu mengatakan 'iya', tapi entah mengapa mulut nya susah untuk mengucapkan satu kata itu.
Karena tidak ingin mengabaikan pertanyaan dari Marq, Tina hanya mengangguk pelan sebagai jawaban, sebelum dia menerobos masuk ke dalam rumah nya meninggalkan Marq yang masih sibuk dengan pekerjaannya di teras.
Di sisi lain, First juga baru sampai di rumah nya, ketika dia mendapati Ana ibunya sedang berdiri tepat di depan pintu masuk.
"Baru pulang? Kemana saja kau?" Tanya Ana, sambil mengintrogasi putra nya itu.
"A... Aku, baru dari rumah Sandi ma..."
Balas First terbata-bata. Dia berpikir, ternyata Sean, telah mewarisi sikap dari ibunya. Lihatlah, cara ibunya itu yang sedang melipat kedua tangannya di depan dada sambil mengintrogasi First, sangat mirip dengan sikap Sean.
"Bohong..." Ujar Ana. First pun terbelalak, mulut nya bergerak tanpa suara. Dia tidak tau harus berkata apa, entah dari mana ibunya tau kalau dia berbohong.
"Aku... Aku nggak bohong Ma..." Elak First
"Mata mu menjelaskan semua nya First!" ucap Ana sambil menatap wajah First yang sudah mulai berkeringat dingin.
Lagipula, tadi pagi ketika pergi ke supermarket, Ana tidak sengaja bertemu dengan Zara, ibunya Sandi.
Kata Zara, hubungan persahabatan antara putra mereka kini sedang memburuk.
Sudah lama sekali, sejak terakhir kali First datang untuk sekedar berkunjung ke rumah keluarga Bagaskara.
Ana membuang nafasnya halus sebelum berkata pada putranya itu "Nak... Kalau kau ada masalah, ayo ceritakan pada Mama. Mama mungkin memang tidak bisa membantu, tapi setidaknya itu akan meringankan beban mu sedikit."
First menatap wajah mama nya itu sebelum berkata "Tidak kok Ma... First nggak ada masalah" ujar nya sebelum naik ke kamarnya.
Ana memang benar, seharusnya First menceritakan semuanya pada nya agar beban nya akan terasa lebih ringan.
Selama lima bulan ini, First bahkan hanya menyimpan masalah nya sendirian. Dia bahkan tidak pernah menceritakan tentang masalah nya pada siapapun.
Entah itu Sandi, Sean atau teman-teman nya yang lain. Dia selama beberapa bulan terakhir memang ini lebih suka menyendiri.
***
Malam itu, Keluarga Hernandez sedang berkumpul menikmati makan malam bersama di meja makan.
Keadaan awalnya hening. Tak ada yang membuka percakapan. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang beradu di atas piring.
"First?" Panggil Ricko pada putra bungsu nya
"Ya pa?" Jawab First yang fokus dengan makanan nya, tanpa menoleh ke arah papa nya.
"Gimana kalau semester depan kamu pindah sekolah ke Spanyol sama papa dan mama" tawar Ricko pada First...
"Uhuk... Uhuk..."
First yang tersedak dengan makanan nya yang langsung menyosor ke tenggorokan pun, langsung meraih sekelas air putih yang ada di depan nya dan langsung meminum nya.
"Are you okay?" Tanya Sean, sambil memandangi First yang ada di sampingnya.
"Yes, I'm okay balas First sambil membersihkan mulut nya dengan secarik tissue.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJUANGAN CINTA TINA (END)
Fiksi RemajaPindahan dari aplikasi Fizzo Perusahaan Maurence sedang dalam ambang kebangkrutan, namun seorang pengusaha kaya raya bernama Mikel Adijaya datang, dan menawarkan suntikan dana pada perusahaan tersebut. Tentu saja hal itu tidak dia berikan secara cu...