Bab 31. Kecelakaan

26 2 0
                                    

"Baiklah... Tapi ingat hanya satu bulan... SATU BULAN"

Mendengar jawaban dari Nadia tersebut, membuat manik mata Sandi kini berbinar-binar. Tadi nya, dia pikir dia akan pulang dengan sia-sia. Tapi ternyata, Nadia menerima permohonan nya.

"Kau ... Kau menyetujui nya?" Tanya Sandi yang masih tidak percaya.

Nadia menatap mata Sandi yang kini berbinar-binar, sebelum dia mengangguk, dengan penuh ketulusan.

"Yesss .... Yesss ....  Yuhhhuiii"

Sorak Sandi, sambil melompat-lompat di depan Nadia.
Nadia pun, kini hanya tertawa saja melihat tingkah laku dari Sandi.

"Thank you Nadia...."

Ujar Sandi, sambil memeluk tubuh kecil Nadia yang masih duduk di sofa.

' akhirnya aku mendapatkan mu. Walaupun hanya satu bulan dengan status pacar pura-pura, tapi aku senang... Aku senang karena kau telah menerima ku. I Love you Nadia' batin Sandi.

***

Di suatu sisi, kini Tina telah menelepon First dan memberitahu semua yang terjadi padanya hari ini.

"Tina... Aku akan ke sana" ujar First

("Ti.. tidak... Jangan, kau jangan kesini, kak Marq masih ada di sini. Bagaimana jika dia akan menghabisi mu?") Lirih Tina yang khawatir, dari seberang telepon.

"Tidak... Aku tidak akan membiarkan mu menangis sendiri. Kita telah berjanji untuk menanggung akibatnya bersama-sama" ujar First.

First kemudian mematikan sambungan teleponnya, dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Tina.

Dia saat itu, hendak membuka pintu utama, ketika dia terlonjak kejut saat melihat Sean, yang kini berdiri tepat di depan pintu.

"Kak... Sean, kau sudah pulang" ujar First, sambil berjalan kaluar dari pintu.

Baru saja, satu langkah di belakang Sean, First kaget, ketika Sean mencekal tangan nya.
First seketika berbalik ketika Sean memegang tangan nya

"Kenapa kak?" Tanya First, dengan cepat

"Mau kemana kamu?" Tanya Sean

Sejenak, First terdiam dia tidak mungkin memberi tahu Sean, bahwa dia akan ke rumah Tina.

Secara, Sean telah memberikan lampu merah untuk hubungan mereka.

"Mau, ke rumah Sandi kak" bohong First.

"Besok saja" ujar Sean

"Apa? Tapi kenapa?"

Tanya First agak terkejut dengan apa yang di katakan oleh First.

"Tuan... Ini berkasnya" 

ujar seorang pelayan di rumah mereka, sambil menyodorkan sebuah map biru pada Sean.

Sean pun, mengambil berkas itu dari tangan pelayanan, dan pelayanan langsung kembali melakukan pekerjaannya.

Sean kini berbalik ke arah First, yang tangannya masih di tahan oleh Sean.

"Kau mau ke rumah Sandi kan?" Tanya Sean.

First hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari Sean.

"Besok saja" ucap Sean.

"Tapi kenapa?"

Cemberut First, dia ingin menemui Tina hari ini juga.

"Kau ikut dengan ku" ujar Sean.

"Ikut kemana?" Tanya First agak kesal

Sean menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ekspresi wajah First yang kesal.

"Ada apa? Kau kesal dengan ku? Memangnya apa yang mau kau lakukan dengan Sandi, hingga kau sekesal ini padaku?" Cibir Sean.

' karena yang sebenarnya aku ingin menemui Tina' umpat First dalam hatinya.

"Setengah jam lagi, aku ada meeting dengan klien penting dari Singapura, dan kau... Ikut dengan ku." Tegas Sean.

"Haah? Ikut meeting dengan mu? Apa yang akan aku lakukan di sana kak?" Tanya First yang masih kesal.

"Kau... Akan jadi asisten ku, alias sekretaris ku di sana"

First kini membulat kan matanya ketika dia
Mendengar apa yang di katakan oleh Sean barusan.

"A.. apa? Asisten? Kau gila ...  Bagaimana mungkin aku menjadi asisten mu?" Tanya First terkejut.

" Itu mungkin saja.... Kau adikku. Aku tidak bisa mempercayai orang lain, sebelum aku mendapatkan sekretaris baru selain kamu" ujar Sean.

"Sekretaris baru?? Lalu Alya? Kemana dia?" Tanya First penasaran.

"Aku telah memecat nya"

ketus Sean, sambil menarik tangan First hingga masuk ke dalam mobilnya.

"Gila... Kau akan mengajak ku meeting dengan klien dari luar negeri, dengan memakai pakaian ini?"

Tanya First, saat sudah berada di dalam mobil sambil memperhatikan penampilan nya saat ini, yang menggunakan celana jeans robek-robek, dan juga kaos hitam polos.

Sejak, Sean melihat penampilan First yang terlihat ugal-ugalan dengan celana robek-robek nya itu.

"Ya sudah... Pergilah dan ganti pakaian mu", perintah Sean.

Segera, First pun turun dari mobil itu, dan mengganti pakaian nya dengan setelan celana tissue berwarna hitam, dan juga kameja putih, di tambah dengan dasi biru yang terikat rapi di kerak kameja nya.

***

Sementara itu, Tina kini merasa gelisa Marq masih berada di teras depan rumah nya.

"Bagaimana jika First benar-benar datang kemari?'' gelisah Tina dalam hati.

Tiba-tiba, di tengah kegelisahan nya dia mendapatkan sebuah pesan dari First.

My First Love ;
Tina, Maafkan aku, aku tidak bisa datang ke rumah mu. Kak Sean tiba-tiba datang dan mengajakku pergi bersama nya

Isi pesan itu. Setelah membaca pesan dari First, Tina akhirnya bisa bernapas dengan lega.

"Terimakasih Tuhan" gumam Tina, dengan senyuman tipis.

^_^

Malam pun telah tiba, tapi Marq masih berada di depan rumah Tina sambil sibuk dengan laptop nya.

Terdengar, Marq beberapa kali menelepon seseorang yang mungkin asisten nya, sambil marah-marah.

Tina yang tidak bisa keluar dari rumah karena kehadiran Marq yang duduk di depan rumahnya, lebih memilih untuk tetap berada di dalam kamarnya.

Marq, kini masih saja sibuk dengan laptop nya. Dia hari ini meninggal kan kantor nya sejak jam dua belas siang.

Tentu saja, dia harus menyelesaikan tugas-tugas nya yang telah dia tinggal kan di kantor tadi siang.

Apalagi, status Marq yang saat ini adalah CEO dari dua perusahaan.
Yang membuat nya hampir saja tidak tidur semalaman karena pekerjaan.

Di tengah kesibukan nya itu, tiba-tiba Marq mendapatkan telepon dari bawahan nya.
Marq mengacuhkan panggilan itu, dan terus saja sibuk dengan pekerjaannya.

Setelah beberapa kali berdering, akhirnya Marq memutus kan untuk mengangkat teleponnya.

"Ada apa? Kenapa mengganggu ku?" Ketus Marq.

("Maaf Tuan, karena telah mengganggu anda tapi... Saya ingin memberitahu kan sebuah kabar buruk") ujar seorang lelaki dari seberang telepon.

Marq mendapati kelompak matanya sedikit berkedut ketika mendengar kata kabar buruk.

'kabar buruk? Pasti tidak penting' batin Marq

"Kabar buruk apa itu?" Tanya Marq dengan acuh tak acuh.

("Nona Nathalie mengalami kecelakaan Tuan")

ucap bawahannya dengan menekankan kata kecelakaan.

"Apa???!!" 

Teriak Marq dengan terkejut sambil membulat kan kedua matanya.

*Bersambung*

PERJUANGAN CINTA TINA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang