Bab 44. Takdir selalu mempertemukan kita

14 2 0
                                    

- 1 Minggu kemudian-

Ujian pun telah selesai di laksanakan oleh seluruh siswa SMA.

Kala itu, pasangan Sandi dan Nadia sedang berjalan-jalan di taman sepulang sekolah.
Yah, dua orang itu kini telah resmi berpacaran.

Lebih tepatnya, tiga bulan yang lalu ketika Sandi akhirnya berani untuk menyatakan lagi perasaan nya yang telah sempat kena tolak oleh Nadia saat SD dulu.

Nadia yang juga telah menyadari akan perasaan nya terhadap sandi pun langsung saja menerima cinta dari Sandi, dan sekarang kedua orang itu tengah menikmati masa-masa pacaran mereka.

Mereka berdua berjalan, tanpa ada satupun yang membuka percakapan.

"Sayang?" Panggil Nadia, yang sudah terbiasa dengan sebutan itu setelah tiga bulan berpacaran dengan Sandi.

"Ya?" Jawab Sandi dengan agak canggung, karena mereka sempat terdiam dalam waktu yang sedikit lama.

"Aku hanya penasaran dengan hubungan antara First dan Tina. Mereka sahabat mu kan? Apakah kalian bertiga masih sering berkumpul bersama?" Tanya Nadia, yang tiba-tiba membahas tentang First dan Tina. Sebenarnya, dia ingin menanyakan hal ini sejak lama pada Sandi, tapi selalu lupa, atau tak punya waktu.

Dia hanya penasaran, kenapa dua pasangan yang dulu pernah sangat populer di sekolah mereka, kini tiba-tiba terdiam begitu saja.

Sandi sudah pernah mengatakan bahwa mereka sudah putus. Tapi, jika di ingat-ingat, mereka bertiga adalah sahabat dan selalu berkumpul bersama. Seperti jalan- jalan berbelanja, atau pun nongkrong di caffe atau restoran.

Dia ingin tau, apakah mereka bertiga masih seperti dulu, atau sudah tidak lagi.

Sandi pun menyengir sebelum menatap Nadia dengan tatapan yang agak sayu.

"Kau seharusnya sudah tau tanpa harus bertanya Nad!" Ujar Sandi.

"Maksudnya?" Tanya Nadia, yang ingin Sandi menjelaskan nya.

"Aku sudah lebih sering menghabiskan waktu dengan mu, maupun di rumah atau di sekolah, itu karena mereka yang sudah mulai saling menjauhi. Bahkan mereka juga menjauhi ku..." Ujar Sandi dengan menjeda perkataan nya sebelum dia menarik nafas panjang dan melanjutkan

"Aku kehilangan kedua sahabat ku dalam waktu singkat! Hancur nya Hubungan percintaan mereka telah meruntuhkan semua kisah yang ada di antara kami bertiga. Saling melihat tanpa menegur, dan apalagi? Hubungan kami bertiga sudah hancur sekarang. Aku dan First sudah tak se akrab dulu, Aku dan Tina juga sudah tak se asik dulu lagi. First jadi pendingin dan cuek, sedang kan Tina menjadi pendiam..." Terang Sandi, dengan suara berat. Matanya kini berkaca-kaca.

Nadia pun awal nya terbawa suasana sedih saat mendengar cerita dari Sandi.
Dia juga ikut merasakan, rasa kesepian yang di rasakan oleh Sandi karena kehilangan kedua sahabat yang paling dekat dengan nya.

Namun, segera Nadia menepiskan air matanya yang sudah mulai menetes, kemudian tersenyum hambar ke arah Sandi.

"Hei... Dasar cengeng... Kau sudah besar tapi masih saja menangis" lirih Nadia, sambil mengusap bulir bulir bening yang perlahan menetes di pipi Sandi.

"Lagi pula, ada aku di sini. Kau bisa menganggap ku sebagai sahabat mu. Jangan khawatir, Bersemangat lah dan yakinlah bahwa First dan Tina pasti akan segera membaik dan kalian bertiga pasti akan kembali seperti dulu lagi" lanjut Nadia, sambil memberikan semangat pada pacar nya itu.

Sandi pun tersenyum tipis, lalu menggenggam tangan Nadia yang masih berada di permukaan wajah nya, kemudian mencium punggung tangan wanita itu.

"Terimakasih... Terimakasih karena telah ada di sisi ku dan selalu mendengar kan curahan hati ku di saat First dan Tina tidak ada"

PERJUANGAN CINTA TINA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang