001. Calon Para Tuna Karya

1.1K 30 10
                                    

001. Calon Para
Tuna Karya

 Calon Para Tuna Karya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    07.58, di kamar Vani, Vani masih tertidur pulas dengan selimut tebal menggulung tubuh kecilnya. Jangan tanyakan bagaimana keseharian Vani, karena gadis itu adalah salah satu orang yang tidak bisa di bangunkan hanya menggunakan alarm saja. Ya, salah satu. Karena pasti bukan hanya Vani yang seperti itu. Jika memang terjadi, tinggal di dekat tempat pengolahan kayu tidak akan membuat gadis itu keberatan.

      Hidung Vani kembang-kempis saat sesuatu berhasil membuatnya ingin bersin. Tangan kanan Vani menepis-nepis sesuatu berbulu itu, “Ck, masa ayam, si!” kesal gadis itu dengan suara beratnya. Masa ayam masuk ke dalam kamarnya, tidak jelas. Ingin rasanya bangun dan memukul sesuatu itu, tapi matanya masih berat untuk terbuka.

      “BANGUN ATAU IBU GUYUR?!”

      BYUR!

      Vani yang masih terkejut oleh suara cempreng Ibu nya itu pun sawan dua kali lipat oleh susulan air yang bukan pertama kalinya gadis itu di guyur seperti ini. Jika ada bandar Ibu-ibu keliling, mungkin Vani akan senantiasa menjual Ibunya itu. Tetapi itu semua tidak mungkin, karena secerewet-cerewetnya Jihan, Vani sangat menyayangi wanita itu.

      “Astagfirullah, Ibu ....” perlahan Vani duduk dengan kedua tangan mengusap-ngusap wajahnya menyingkirkan sisa-sisa air. Orang mah di kasih keringanan, di kasih cipratan juga bangun kok, ini mah maen guyur aja. Kalo gini kan Vani jadi berenang di atas kasur. Sial, sial.

      “Harusnya Ibu yang Istigfar! Kamu kok gitu, Van. Kebiasaan tau,  anak gadis itu harus belajar bangun pagi, bahkan pagi buta itu harus sudah bersiap. Katanya pengen solat subuh tepat waktu, niat bangun pagi aja kamu susahnya minta ampun.” ujar Jihan panjang lebar. Ceramah kalo kata Vani.

      “Ya gimana atu, Bu. Vani juga udah berusaha kok. Jadi ini mah bukan salah Vani, tapi udah takdirnya.”

      “Takdir pala lo botak!”

      “Astagfirullah Bu.” Vani mengusap dadanya. Pernah mendengar pepatah mengatakan ucapan seorang Ibu adalah do'a? Gimana kalo nanti kepala gadis itu benar-benar akan botak?! Amit-amit.

      “Buruan mandi, Van! Hari ini kamu kan ada acara perpisahan! Astagfirullah!” jihan melempar ember dan juga kemoceng yang di pegangnya ke arah Vani. Untung gadis itu dengan sigap menangkapnya. Kalau tidak, bisa benjol tuh kening.

      Iya juga, hari ini kan acara perpisahan Vani di sekolah. Kok bisa gadis itu kesiangan?! OMG! Gadis itu bersin akibat kemoceng, lalu beranjak dari kasur menuju kamar mandi.

      Selang beberapa menit untuk mandi, Vani langsung bersiap-siap dengan kebaya maroon nya. Meski sedikit kesulitan di bagian make-up, gadis itu barusaha sebisa mungkin. Ini kan hari terakhirnya bersama teman-temannya. Masa tidak memoles wajahnya meski tipis-tipis.

LEGAL • [ON GOING]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang