023. Di Bodohi
Seorang perempuan berusia dua puluh lima tahunan tengah memberi arahan ke seluruh peserta magang yang akan bergabung dengan perusahaan hari ini. Seraya berjalan memimpin, perempuan itu memperkenalkan beberapa ruangan yang di lewatinya.
Menyadari Vani tidak fokus di sampingnya, Amanda menyenggol gadis itu, “Van nyari apa lo celingukan begitu.”
Vani menatap Amanda, “Gue nggak salah liat, Man. Tadi emang beneran si Arsel kok.” ujarnya kembali melirik sekitar.
Matilah Amanda dan Pipi. Mereka saling menatap satu sama lain, insting seorang istri terhadap suaminya itu memang sangat kuat. Apa yang akan mereka katakan kalo Vani benar-benar akan mengetahui kenyataannya. Bersikap seolah-olah tidak tahu, atau jujur saja? Rasanya kurang percaya kalo Vani tidak akan marah ketika mereka jujur.
“U-udah, Van. Nanti kalo emang beneran Kak Arsel pasti ketemu lagi kok. Ayok kita ketinggalan, Van.” Amanda dan Pipi menarik Vani menyusul teman-temannya.
“Baik, karena kita sebentar lagi akan sampai di ruangan meeting. Dan di sana sudah ada Bapak Dodi yang sudah pernah datang ke sekolah. Kalian pasti sudah tahu tentunya ya, saya harap kita bisa bekerja sama untuk menjaga sikap kita di depan CEO yang akan Bapak Dodi perkenalkan.” ujar perempuan berpakaian formal itu. Lalu langkahya terhenti di depan pintu membuat seluruh peserta ikut menghentikan langkahnya.
Perempuan itu membuka pintu lebar-lebar, “Silakan masuk,” ujarnya memberi ruang.
“Selamat pagi dan selamat datang ....” ujar Bapak Dodi bangkit dari duduknya.
“Selamat Pagi ....” serentak peserta magang merunduk sopan.
“Mari duduk-duduk, saya rasa kursi nya cukup untuk sepuluh peserta.” Pak Dodi mempersalahkan, “Bagaimana perasaan kalian semua? Saya harap kalian semua bersemangat untuk hari pertama.”
Amanda menepuk tangan Vani yang tertaut, “Van, kenapa lagi?” tanya gadis itu menyadari Vani masih tidak fokus.
Vani menggelengkan kepala nya, gadis itu menegakkan punggungnya mencoba mengumpulkan pikirannya yang berantakan. Kalo memang tadi beneran Arsel, gimana?
“Baik, sebentar lagi CEO kita akan datang. Saya boleh minta tolong salah satu dari kalian memimpin untuk memperkenalkan asal sekolah kalian? Perempuan tidak masalah.” tatapan Pak Dodi tertuju pada Vani membuat semuanya ikut menatap gadis itu.
Menyadari itu, Vani segera menggelengkan kepala nya pelan, “A-Aksa bersedia, Pak.” ujarnya menunjuk Aksa.
Aksa yang kini menjadi sorotan itu pun mengangguk lemah. Sesekali laki-laki itu melototi Vani.
“Baik kalo begitu,” Pak Dodi melirik arloji di pergelangan tangannya.
Saat pintu di buka seseorang, Pak Dodi langsung bangkit, “Selamat pagi Pak Arsel ....”
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGAL • [ON GOING]
Teen FictionPerihal pernikahan bukanlah hal yang mudah untuk di laksanakan apalagi di jalani. Belum lagi, umur Vani yang masih 19 Tahun belum berpikir jauh hingga ke jenjang tersebut. Vani yang tidak terima dengan perjodohan itu pun berusaha menggunakan beberap...