048. Pencarian Arsel

85 14 3
                                    

048. Pencarian Arsel

    Di dalam tenda, Vani memeluk erat lututnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Di dalam tenda, Vani memeluk erat lututnya. Posisinya yang masih mengenakan mukena, menyelimuti seluruh tubuhnya. Sudah menjelang isya belum juga ada kabar penemuan laki-laki itu. Arsel hebat. Laki-laki itu berhasil membuat Vani di bayangi rasa takut dan penyesalan. Perasaan dan pikirannya sangat bertubrukan. Arsel pasti selamat kan? Arsel tidak mungkin mati begitu saja kan?

     Beberapa kali gadis itu ingin menelpon orang tuanya atau pun orang tua Arsel. Tetapi tidak bisa. Vani tidak mungkin membuat mereka kalang kabut khawatir. Harusnya Vani memberi kabar baik. Bukan buruk untuk mereka. Sehingga gadis itu harus menahan diri atas kesalahannya. Gara-gara gadis itu Arsel harus celaka seperti ini. Gadis itu jahat. Vani sangat jahat.

     Gadis itu mendongak saat seseorang membuka tenda nya, “Mba, yang kuat. Jejak suami mba sudah kami temukan. Kami juga sudah menemukan ini,” seorang pria salah satu tim penyelamatan Arsel memberikan topi hitam. Benar. Itu milik Arsel.

     Segera Vani menarik topi itu, “I ... Iya, ini topi suami saya,” gadis itu langsung memeluknya erat. Bahkan aroma nya melekat pekat di topi itu. “Suami saya pasti ketemu kan?” tanya nya gelisah.

     Pria itu langsung mengangguk, “Kami yakin mba. Mba juga harus terus mendo'akannya ya, karena do'a dan peraaan seorang istri sangat berpengaruh pada suaminya.”

     Vani mengangguk. Ya, gadis itu justru sangat berpegang teguh pada keyakinan dan prasangka baiknya.  Tapi itu tidak bisa menghilangkan rasa penyesalannya yang tidak mendengar perintah laki-laki itu. Hanya berandai waktu benar-benar bisa di ulang, sejak itu Vani tidak akan berlari dan di kejar Arsel. Mungkin Arsel berada di sampingnya sekarang.

     “Mba juga jangan menyiksa diri. Tenda tim kami di depan, jika mba lapar, mba ke sana saja.”

     Vani kembali mengangguk, “Terimakasih, Pak. Apa saya boleh ikut mencari suami saya?”

     “Untuk itu, kami tidak menyarankan. Serahkan pada kami saja. Setiap penemuan akan kami kabarkan. Terlalu bahaya jika mba ikut serta dalam tugas kami.”

     Vani merunduk menatap topi laki-laki itu, “Bawa kabar baik untuk saya, Pak.” ujarnya bergetar.

     “Tentu. Tentu kami semua akan berusaha sebaik mungkin. Kalau begitu, saya permisi Mba.” pria itu langsung pergi.

     Barulah tangisan Vani pecah. Tatapannya pada topi itu berubah nyalang, “Lo ngasih hukuman buat gue kan? Nggak lucu tau gak ... Arsel ... Gue janji, kalo lo balik dengan selamat. Gue akan nurut dan patuh. Gue janji gue nggak bakal ngelawan lagi. Jadi stop ngehukum gue kayak gini. Gue tau, gue sadar kok kalo gue jahat banget sama lo. Stop kayak gini ....” gadis itu benar-benar hancur. Hancur sehancur hancurnya. Baru saja ingin memulai kembali kehidupannya dengan laki-laki itu. Apa harus di awali dengan seperti ini? Dunia sedang jahat pada Vani ya?

LEGAL • [ON GOING]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang