006. Sah?

307 22 11
                                    

006. Sah?

     Usai membersihkan dirinya, Vani langsung memilih pakaian untuk di kenakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


     Usai membersihkan dirinya, Vani langsung memilih pakaian untuk di kenakannya. Dalam beberapa menit lagi, teman-temannya akan datang karena gadis itu sendiri yang mengundang mereka. Terlalu sepi kalau gadis itu sendirian di rumah seperti ini.

     Mendengar ketukan pintu di bawah sana, gadis yang sudah mengenakan piyama itu pun segera turun untuk membuka pintu. Jangan tanyakan kenapa Amanda dan juga Pipi selalu siap jam berapapun untuk kemanapun, karena mereka memang seperti itu. Effort nya memang tidak main.

     “Van!” Amanda dan juga Pipi langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

     “Gimana? gimana? Calon suami lo sempura kan? Lo nggak aktif seharian.” heboh Amanda penasaran.

     Vani menipiskan bibirnya, “Masuk dulu kali. Malem ini bonyok nginep di rumah sakit. Jadi gue sendiri. Ayok,” Vani langsung membuka lebar-lebar pintu agar teman-teman nya segera masuk.

    “Noh, gue udah siapin camilan,” Vani menunjuk meja yang memang benar-benar sudah di penuhi oleh camilan yang sengaja gadis itu beli tadi di jalan. Sebenarnya itu juga adalah salah satu cara agar Arsel tidak menyukainya dengan berpura-pura uang ketinggalan, jadilah laki-laki itu yang membayar semuanya. Siapa tau Arsel tidak menyukai perempuan yang suka menghamburkan uang untuk membeli makanan. Kan?

     Melihat Amanda dan juga Pipi sudah duduk, Vani ikut duduk, “Pokoknya gue nggak mau tau. Lo harus ceritain semuanya.” ujar Pipi langsung mencomot salah satu kue.

     Vani mengangguk, “Manda nanya kan calon gue sempurna atau tidak? Jawabanya adalah salah besar! Nggak ada yang sempurna di dunia ini! Apalagi si Arsel sialan itu! Hah!”

     Amanda dan juga Pipi mengusap dadanya masing-masing. Vani sekesal ini?

     “Gue udah lakuin beberapa cara tadi suapaya dia mau kerja sama sama gue buat ngebatalin nikahannya. Tapi dia malah sama aja kayak mereka! Dengan seenaknya dia malah ngebahas peraturan dan perintah setelah kami menjalin rumah tangga nanti! Bener-bener stres tu orang!”

     “Tenang Van, tenang. Minum nih,” Pipi menyodorkan segelas air untuk Vani tapi gadis itu menolaknya.

     “Nggak bisa! Gue masih kesel! Gue kesel! Kalian mau tau gimana  asli dia?!”

     Amanda dan Pipi langsung mengangguk antusias.

     “Dia Om pedo!”

     Amanda dan juga Pipi langsung menutup mulutnya masing-masing.

     “Yang serius lo, Van. Emangnya berapa umur dia?” tanya Pipi.

     “Serius! Kalian bayangin aja, mana ada di umur dua puluh enam tahun, cowok mau sama cewek yang umurnya baru sembilan belas tahun. Itu jauh banget! Dan seneenak jidatnya dia malah nerima perjodohan ini. Apalagi coba kalo bukan Om pedo?!”

LEGAL • [ON GOING]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang