040. Karyawan Spesial

110 11 13
                                    

040. Karyawan Spesial

     Kedua bola mata Vani sontak melotot saat mendengar suara ketukan pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Kedua bola mata Vani sontak melotot saat mendengar suara ketukan pintu. Gadis itu mendudukan tubuhnya. Bisa-bisanya Vani malah ikut ketiduran seperti ini. Tangan gadis itu menepuk-nepuk pipi Arsel pelan, “Arsel bangun. Ada yang ngetuk pintu,” tatapan Vani langsung mengedar mencari hijapnya. Tetapi keadaan kasur saat ini sangat berantakan. Gadis itu sulit menemukannya. Apalagi dengan posisi Arsel yang menjadikan pahanya sebagai bantal, “Arsel ....” Vani kembali menepuk-nepuk pipi laki-laki itu.

     “Jangan pergi ....” gumam Arsel meraba-raba perut Vani membuat sang empu sulit bernapas.

     “Di depan ada orang Arsel ... Bangun dulu, kok lo kebo.”

     Vani menegakkan punggungnya saat laki-laki itu membuka mata. Arsel bangkit seraya mengucek matanya yang sedikit memerah. Rambut acak-acakan laki-laki itu membuat Vani sedikit gemas. Arsel selalu terlihat berbeda jika keadaannya seperti itu. Terlihat tidak seformal biasanya.

     Vani mengalihkan tatapannya saat Arsel menatap balik gadis itu, “Tunggu sebentar. Jangan kemana-mana,” laki-laki itu beranjak keluar kamar seraya membenarkan pakaiannya.

     Apa itu tadi? Kenapa Vani malah mengangguk selayaknya istri patuh pada suami. Apa gadis itu sudah melupakan niatnya untuk datang ke sini?

     Gadis itu mengusap kasar wajahnya. Bahkan ia melupakan keadaan dirinya sendiri. Ah, Vani. Gadis itu kesambet hantu jagat   sepertinya. Vani langsung mengambil hijapnya yang sudah kusut. Baru saja hendak menginjak lantai, niat gadis itu urung saat Arsel kembali.

     “Mau kemana?” tanya laki-laki itu seraya menutup pintu kamar.

     “Gue mau pulang.”

     “Kemana?”

     Vani menghela napasnya, “Ya ke rumah lah Arsel. Mau kemana lagi?”

     “Tinggal di sini sama saya.”

      Kedua mata Vani melebar, “Nggak-nggak. Gue kan harus masuk kerja besok. Mana bisa gue tinggal di sini.”

     “Memangnya saya mengijinkan kamu pulang?”

     “Nggak usah ngada-ngada deh,” ujar Vani seraya memeluk dirinya sendiri karena kemejanya kini sudah tidak layak lagi.

     Arsel berjongkok di depan Vani, “Suami kamu, meminta kamu untuk tinggal di sini bersamanya. Dan sebagai istri, bukannya harus menuruti permintaan suami?”

LEGAL • [ON GOING]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang