008. Menghabiskan Waktu

290 26 5
                                    

008. Menghabiskan Waktu

     Vani mendudukkan tubuhnya di sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Vani mendudukkan tubuhnya di sofa. Gadis itu harus berwaspada sekarang, bagaimana tidak? Arsel tengah berada di rumahnya. Laki-laki itu bermodus ingin ke toilet. Tapi ya siapa tau itu hanya akal-akalan dia saja supaya bisa masuk ke rumah dan apa yang akan terjadi ... Itu tidak akan pernah bisa terjadi!

     Selang beberapa menit, Vani segera bangkit saat melihat Arsel keluar dari arah dapur.

     Vani melangkah mundur saat laki-laki itu terus mendekatinya, “Udah kan? Ya udah gue anter ke depan!” Vani langsung berbalik, namun langkah gadis itu tak kunjung berhasil karena Arsel menarik baju bagian belakang gadis itu, “Woy! Lo mau Ngapain?!” cerca Vani menatap was-was ke arah Arsel.

     “Saya haus, saya mau minum.” ujar Arsel seraya melepas cekalannya pada baju Vani lalu duduk di sofa dengan menyilangkan sebelah kakinya. Tidak lupa juga kedua tangan laki-laki itu yang sudah tersilang di depan dadanya.

     Vani membuang napas lega, bener gila kan laki-laki itu? “Beli minum di jalan kan bisa. Di sini nggak ada air.” ketus gadis itu.

     “Barusan saya liat ada, Van.”

     “Ck,  yaudah si ambil sendiri. Gue mager.” baru saja Vani hendak duduk, gadis itu urungkan saat Arsel kembali bangkit berjalan ke arahnya, “Iya-iya gue ambilin!” gadis itu langsung berlari ke arah dapur. Sialan,  rasanya malah seperti gadis itu di incar harimau.

     Dengan gerakan cepat Vani menuangkan air ke dalam gelas. Tidak mau berlama-lama supaya Arsel segera keluar dari rumahnya. Gila aja kalau ketahuan Pak RT, si Vani bawa cowok malem-malem. Kan nggak lucu.

     “Nih,” Vani menyodorkan gelas berisi air di tangannya ke depan wajah Arsel.

     Tak urung di terima juga, Vani melirik singkat laki-laki itu lalu menghela napasnya, “Buruan ambil, tangan gue pegel, ege.”

     “Kamu lupa kalau sekarang saya adalah suami kamu?”

     Vani kembali menghela napasnya, “Iya lupa gue. Semoga aja nggak sampe inget.” ujar gadis itu. Tangannya masih menyodorkan segelas air namun tubuhnya enggan menghadap ke arah laki-laki itu. Pak ustaz lihatlah kelakuan Vani ini.

     Arsel mengambil air dari tangan Vani itu lalu meneguknya sampai habis. Tidak sampai di situ,  dalam satu tarikan, Vani berhasil duduk di pangkuan laki-laki itu.

    “Apaan, si!” berontak Vani berusaha bangkit.

     “Suami memiliki hak atas istrinya. Saat suami masih bisa menahan atau bahkan memberi toleran. Jangan sembarangan. Karena bisa saja suami itu menuntutnya nya sekarang, atau bahkan menyerang tanpa harus di setujui. Jadi harus kamu ingat, jaga sikap kamu di depan saya.” ujar Arsel tepat di depan telinga Vani yang masih terbalut hijap.

LEGAL • [ON GOING]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang