038. Tidak Akan Pernah
Berakhir!Vani mempercepat langkahnya menghampiri titik kumpul orang-orang yang akan mengikuti tes hari ini. Luar biasa, Vani kira orang-orang yang akan mengikuti tes tidak akan sebanyak ini. Ternyata gadis itu salah.
“Hay, kamu ikut tes hari ini ya?” seseorang menyapa Vani. Gadis itu tersenyum, “Iya, salam kenal ya.”
“Semoga ada rezeki kita buat kerja di sini ya, aku seneng banget bisa ikut tes di sini. Ini bener-bener mimpi aku buat kerja di sini. Nama kamu siapa? dari mana?”
“O ... I ... Iya Aamiin. Aku Vani, dari Jakarta.”
“Wow. Kita sama! Nama aku Andin.” seru gadis itu.
Kedua alis Vani terangkat, “Iyakah?”
“Iya. Ah nggak nyangka banget. Dan liat, banyak banget yang ikut tes hari ini.”
Vani ikut melirik orang-orang, “Iya banyak banget.” dan niat Vani ke sini sama sekali tidak untuk bekerja. Gadis itu hanya ingin menyampaikan surat untuk Arsel saja. Luar biasa gadis itu melihat banyaknya orang-orang yang ingin bekerja.
“Eh, ayo baris. Itu di suruh baris.” gadis itu menarik tangan Vani.
Jadi seperti ini rasanya berdesakan. Vani malah merasa seru. Gadis itu merasakan hal baru. Apa dari banyaknya orang di sini tidak ada yang mengenalnya?
Saat semuanya di persilahkan masuk ke dalam perusahaan, Vani menjinjit-jinjitkan kakinya mencari Arsel. Siapa tau Arsel ada di sekitarnya. Gadis itu jadi tidak usah bersusah payah berlama-lama di sini. Memberikan suratnya, lalu pulang.
Vani terkejut saat orang-orang berlarian. Termasuk Andin yang tadi berkenalan dengannya. Gadis itu ikut berlari. Namun sial, kakinya terlalu pendek di bandingkan orang-orang lain. Mengapa juga mereka berlarian. Vani pasrah. Gadis itu mengatur napasnya.
“Cepat cepat cepat!” teriak seseorang membuat semuanya yang tertinggal kembali berlari termasuk Vani.
Vani menatap bingung orang-orang di sekitarnya yang sudah mendapatkan tempat duduk.
“Vani sini!” Andin melambaikan tangannya ke arah gadis itu.
Vani langsung berlari ke arah Andin. Gadis itu juga hampir menjadi sorotan semua orang. Nasib-nasib.
“Kamu kemana aja?” tanya Andin.
“Aku lari kok.”
Andin tertawa, “Kamu lucu. Kalo di liat-liat kamu paling mungil si. Makanya semuanya liatin kamu.”
“Ngeledek?” Vani sumpahin Andin ini akan menjadi jodohnya Aksa.
“Enggak kok,” Andin kembali tertawa. Begitupun Vani.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGAL • [ON GOING]
Teen FictionPerihal pernikahan bukanlah hal yang mudah untuk di laksanakan apalagi di jalani. Belum lagi, umur Vani yang masih 19 Tahun belum berpikir jauh hingga ke jenjang tersebut. Vani yang tidak terima dengan perjodohan itu pun berusaha menggunakan beberap...