017. Pulangnya Nenek

147 14 0
                                    

017. Pulangnya Nenek

     Kali ini, Vani memilih untuk pulang terpisah dengan Amanda dan Pipi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Kali ini, Vani memilih untuk pulang terpisah dengan Amanda dan Pipi. Gadis itu memutuskan untuk mampir ke rumah sakit berniat menjenguk Nenek Ola. Tiba-tiba gadis itu merindukannya. 

     Saat angkutan umum yang di tumpanginya terhenti, Vani langsung turun. Membutuhkan dua kali menaiki angkutan umum untuk sampai ke rumah sakit. Tapi sebelum itu, Vani mampir terlebih dahulu ke salah satu Cafe untuk beristirahat.

     Setelah memesan Matcha Lathe kesukaannya, Vani langsung memilih tempat duduk kosong. Sialnya Cafe ini selalu saja ramai pembeli. Apalagi di sore hari seperti ini. Mungkin gadis itu memang harus ke rumah sakit. Tidak apa, minum di dalam angkutan umum adalah sesuatu yang pantas di apresiasi. Gadis itu kembali menghampiri meja kasir untuk menunggu pesanannya.

     Di posisi seperti ini, di mana Vani hanya celingukan tanpa teman adalah hal yang awkward.  Bagaimana kalau gadis itu tidak memakai jaket seperti ini? Dengan pakaian hitam putih, tanpa teman, pasti bagaikan seorang pelamar kerja yang tengah bingung akan tujuan.

     Vani melotot saat suara yang sangat di kenalinya tiba-tiba terdengar tengah mengobrol dengan seseorang. Itu Arsel?

     Vani menarik hijapnya agar lebih menutupi wajah. Bisa gawat kalau laki-laki itu melihatnya. Perlahan Vani melirik laki-laki itu dari balik persembunyiannya. Sialan, beneran Arsel! Untuk apa laki-laki ada di sini? Perasaan tadi ketika Vani mencari table kosong tidak ada laki-laki itu.

     “Matcha Lathe atas nama Va—”

     “Sa-saya, saya. Nih, Kak. Kembaliannya ambil aja!” Vani menarik minumannya lalu berlari keluar Cafe.

     Vani membuang napas lega saat gadis itu berhasil keluar dari Cafe. Semoga saja Arsel tidak menyadari keberadaannya tadi. Sungguh horor.

     Satu sedot Matcha Lathe, berhasil membasahi tenggorokannya yang kering. Vani langsung melanjutkan perjalanannya ke stand angkutan umum.

     Berhasil menaiki angkutan umum, Vani mendapatkan tempat duduk paling belakang. Gadis itu sulit bernapas ketika di sebelahnya ada Ibu-Ibu boros. Liat saja, wajahnya bahkan sudah menempel pada kaca belakang akibat barang bawaan Ibu-Ibu itu. Gadis itu menatap nanar minumannya, “Ayah ... Ibu ... Tolong Vani ....” lirih gadis itu.

     “Ah Dek? Kamu kejepit ya?”

     Vani langsung berusaha menoleh ke arah Ibu-Ibu itu, “E-enggak Bu, aman, aman.” ujar gadis itu. Itulah kebodohan Vani. Vani selalu sulit membela diri jika sudah berhadapan dengan seorang  Ibu-Ibu.

     Saat matanya nengedar menatap jalanan, Vani langsung menoleh ke arah kiri. Sesuatu tidak beres. I-itu mobil Arsel? Kenapa Vani baru menyadari?  mobil itu mengekori angkutan umum ini sedari tadi. Bodoh, Vani bodoh, kira-kira kaca belakang ini nembus keluar tidak ya?

LEGAL • [ON GOING]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang