025. Kedatangan Tamu
Waktu di arloji Vani masih menunjukkan pukul 17.30. Gadis itu memarkirkan motornya di Cafe langganannya di perempatan jalan menuju rumahnya. Rasanya ingin mendinginkan terlebih dahulu tenggorokannya.
“Kak Risa! biasa.” ujar Vani langsung duduk di kursi table outdoor. Rasanya sudah lama gadis itu tidak menongkrong seperti ini. Semakin ke sini memang semakin sulit membagi waktu. Padahal gadis itu tidak terlalu sibuk. Entahlah, mungkin lebih ke sudah beranjak dewasa. Lebih lagi ke banyak malasnya.
Menunggu beberapa menit, Risa sang waitress datang dengan trei berisi segelas matcha latte dingin pesanan Vani, “Kemana aja si yang udah lulus.” ujar gadis berperawakan sedikit gemuk itu.
Vani tercengir, “Kangen ya, Kak?”
“Kangen si nggak, cuma kehilangan aja nih. Apalagi cuma liat lewat-lewat di jalan. Udah kerja?” tanya Risa ikut duduk di sebrang meja.
Vani mengangguk, “Magang si Kak. Tapi lumayan.”
“Bagus kalo gitu mah. Jalanin. Magang di mana?” tanya Risa lagi.
Vani menyedot minumannya, “Di perusahaan Ar'trax.”
Risa sempat mengingat-ngingat sesuatu, “Ah, kalo itu mah gue tau. Temen gue juga ada yang kerja di sana. Namanya Friska. Kalo ketemu, dia selalu nyeritain CEO nya yang katanya ganteng. Lo magang di sana?”
Vani mengangguk, “Iya.”
“Kalo gitu lo udah pernah liat CEO nya dong?”
Vani kembali mengangguk. Kenapa harus ini yang di bahas? Gadis itu kan jadi mengingat kembali perlakuan bejat Arsel tadi siang.
“Beneran ganteng?”
“Nggak!”
Risa menegakkan punggungnya, “Lho, tapi kata temen gue dia ganteng. Lo punya dendam pribadi kayaknya.”
Ya. Dendam pribadi. Dengan kesal Vani menyedot minumannya, “Kak. Mending bilangin deh sama temen Kakak yang namanya Friska. Gantengnya di mana coba. Idih, kelilipan kali tuh si Friska.”
Risa memecahkan tawa nya, “Kesel amat, Van. Minum-minum. Iya gue bilangin nanti sama si Friska. Lo minum aja dulu sambil ngaso ya. Gue mau lanjut kerja dulu.”
Huh ... Vani menghela napasnya. Kenapa Arsel ada di mana-mana? Semuanya tentang Arsel. Apa bagusnya laki-laki itu coba? Penglihatan gadis itu tertarik ke arah cincin di jari manisnya. Kalo aja gadis itu tidak membukanya, pasti insiden tadi tidak akan terjadi. Sialan. Gadis itu jadi tidak bisa berhenti mengumpati kebodohannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGAL • [ON GOING]
Teen FictionPerihal pernikahan bukanlah hal yang mudah untuk di laksanakan apalagi di jalani. Belum lagi, umur Vani yang masih 19 Tahun belum berpikir jauh hingga ke jenjang tersebut. Vani yang tidak terima dengan perjodohan itu pun berusaha menggunakan beberap...