Spesial Update!
046. Tertunda
Setelah berdebat kecil yang membuahkan kesalah pahaman membuat Vani di abaikan laki-laki itu di setiap berpas-pasan. Gadis itu jadi sedikit kepikiran juga tidak nyaman. Kenapa Arsel harus memiliki sifat kekanakan seperti ini coba!
Saat masuk ke dalam ruangan Arsel, gadis itu menghela napasnya. Ternyata Arsel belum kembali.
Baru saja hendak masuk ke dalam kamar, suara pintu di buka mengalihkan perhatian gadis itu. “Lo baru pul ....” ucapannya menggantung saat laki-laki itu melewatinya begitu saja. “Ck Arsel! Lo bilang masalah harus di selesaikan secara baik-baik! Tapi lo sendiri malah kayak anak kecil gini!” protes gadis itu mengekori Arsel yang masih diam saja.
“Bodo amat ya! Lo yang mulai duluan!” Vani menyenggol kasar punggung laki-laki itu lalu masuk ke dalam kamar mandi lebih dulu. Sebelum benar-benar masuk, gadis itu menatap sinis ke arah Arsel.
Jangan heran, ini kan Vani. Sebenarnya Arsel ingin tertawa lepas melihat tingkah gadis itu. Ah Vani. Untung Arsel mencintainya.
Laki-laki itu meraih lalu menggantungkan selempang Vani yang tergeletak begitu saja di lantai. Lagi-lagi Arsel menahan tawanya mengingat tingkah Vani. Padahal meminta maaf tidak terlalu sulit untuk di ucapkan. Tapi kenapa gadis itu malah memilih marah balik?
Saat pintu kamar mandi terbuka, laki-laki itu langsung mendatarkan ekspresinya. Alis laki-laki itu tertaut heran ketika Vani berjalan ke arahnya dengan kepala merunduk. Dan Arsel harus menjaga pandangannya. Karena Vani terlalu cantik dengan hanya memakai bathrobe. Kedua mata laki-laki itu terpejam sesaat menikmati aroma shampo Vani.
“Tadi pas gue mandi, gue dapet hidayah.”
Arsel senantiasa mendengarkan Vani seraya membuka satu persatu kancing kemeja nya.
“Gue minta maaf. Gue salah. Kedepannya, gue nggak akan ngebuat lo jadi salah paham kayak gini lagi.” baru saja mendongak, gadis itu kembali merunduk saat Arsel membuka kemeja nya.
“Imbalannya?”
“Imbalan apaan?!” sergah gadis itu tidak terima. Masalah sepele harus ada imbalan? Tidak masuk di akal. Apa susahnya untuk memberi maaf?!
Vani mengerjap beberapa kali saat menyadari tidak sengaja matanya melotot. Gadis itu kembali merunduk menjaga matanya yang jelalatan ke arah sesuatu berbentuk milik Arsel.
Kedua bahu laki-laki itu terangkat. “Semuanya tergantung kamu sendiri.” ujarnya ingin beranjak.
Vani menahan tangan Arsel, “Oke-oke. Apa yang harus gue lakuin sebagai imbalannya?”
Arsel tersenyum simpul. Lalu laki-laki itu berdeham, “Temenin saya mandi.” ujarnya se-enteng pencet satu komedo di hidung.
Gini nih, Arsel pasti melunjak. Meminta maaf seperti tadi saja butuh persiapan diri matang-matang. Lalu sekarang apa harus menerima kenyataan seperti ini? Ayolah, Arsel itu sudah dewasa. Vani sangat tahu Arsel ini selalu saja mencari kesempatan dalam kesempitan. Apalagi otaknya yang semakin mesum itu! Sialan memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGAL • [ON GOING]
Teen FictionPerihal pernikahan bukanlah hal yang mudah untuk di laksanakan apalagi di jalani. Belum lagi, umur Vani yang masih 19 Tahun belum berpikir jauh hingga ke jenjang tersebut. Vani yang tidak terima dengan perjodohan itu pun berusaha menggunakan beberap...