032. Tergoda Padahal Tidak Menggoda

163 13 4
                                    

Moosque kurang semangat nih(
Ada yang tau caranya ngebangun kembali rasa semangat?

032. Tergoda Padahal Tidak menggoda

     Seusai rapat antar seluruh karyawan kantor tadi, Vani memilih untuk ke toilet terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Seusai rapat antar seluruh karyawan kantor tadi, Vani memilih untuk ke toilet terlebih dahulu. Saat ingin kembali ke office nya, Vani tidak sengaja berpas-pasan dengan Hadi. Gadis itu langsung menyalimi pria itu. Beruntungnya mereka bertemu di lorong yang sepi.

     Vani tersenyum saat Hadi mengacungkan dua ibu jarinya, “Selamat ya Van, Papah yakin kamu bisa berkembang di sini.” ujar pria itu memberi selamat. Tidak lupa juga bahwa tatapan Hadi ini sangat terlihat tulus mengucapkan selamat untuknya.

     “Dan Papah yakin, dengan adanya kamu di sini, Arsel jadi tambah semangat membangun kinerjanya. Meski hubungan kalian masih harus di tutup-tutupi, Papah berharap, hubungan kalian akan di publik secepatnya ya. Papah jadi kurang enak sama kamu dan keluarga.”

     Vani menggelengkan kepala nya, “Nggak Pah, justru itu menjadi keputusan sementara  yang udah kami sepakati. Karena nanti pasti mengejutkan kalau di infokan sekarang-sekarang. Mending kita jalanin gini aja dulu.”

     “Yah, oke. Kalian berhak membuat keputusan. Kalo gitu, kamu lanjutkan pekerjaan kamu ya Van, Papah juga udah selesai mengontrol. Semangat,” Hadi mengangkat tangannya membentuk tangan berotot jika itu di dalam emoji. Vani tertawa, “Vani semangat Pah,” ujarnya lalu kembali menyalimi pria itu sebagai akhir perbincangannya.

     Saat Vani membalikkan tubuhnya, gadis itu di kejutkan oleh kehadiran Risma di belakangnya. Sebisa mungkin Vani mengontrol dirinya agar tidak terlihat kaget. “Ri ... Risma?” yang di sebut itu melayangkan tatapan penuh kecurigaan ke arah Vani. Vani yang merasakannya pun langsung tersenyum mencoba mencairkan suasana, “Kenapa?” tanya nya.

     “Gue nggak salah denger kan? Lo nyebut Bapa tadi dengan sebutan Papah? Siapa dia? Bukannya dia orang tuanya Pak Arsel? Tadi aja gue liat dia baru keluar dari ruangannya Pak Arsel.”

     Ah ternyata Risma sudah mendengarnya. Sekarang apa yang bisa Vani katakan? Gadis itu maju satu langkah, “Ah, yang bener? Lo salah denger kali. Mana ada gue nyebut dia Papah, gue tadi sebut dia Pak kok. Biasa aja. Lo salah denger.” alibi Vani. Saat gadis itu hendak pergi melewati Risma untuk menuju lift, Risma itu menahan pergelangan tangan kiri Vani, “Gue curiga lo emang ada apa-apa sama Pak Arsel. Dan yang curigain lo itu bukan cuma gue. Apalagi gue pernah liat lo sama Pak Arsel debat di basement. Apa hubungan kalian?”

     Kenapa Risma menekannya seperti ini? Baru kali ini juga Risma dapat berbicara empat mata dengannya. Karena di sekolah pun, Vani ini hampir tidak pernah bertegur sapa dengan Risma. Karena bukan hanya tidak saling mengenal, tetapi juga berbeda kelas. Dan sekarang, di mulai tadi pagi, Risma berbicara padanya. Gadis itu juga mengutarakan kecurigaannya pada Vani. Apa Risma ini salah satu penggemar  Arsel?

LEGAL • [ON GOING]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang