028. Kemarahan Arsel
“Astagfirullah!” Vani sontak berdiri dari kursi kerja nya. Gadis itu refleks melotot saat semua orang di sana langsung melirik ke arahnya.
Tania menarik tangan Vani agar kembali duduk, “Van? Kamu kenapa? Mimpi buruk? Sampe keringetan gini lagi,” perempuan itu langsung mengambil tisu di meja nya untuk menyusut keringat Vani yang memenuhi keningnya.
“Ma-makasih Kak, biar aku sendiri aja,” gadis itu langsung mengambil alih tisu dari tangan kanan Tania.
“Tadinya aku mau bangunin. Cuma aku liat di meja kamu udah beres. Takutnya kamu kecapean jadi aku niat bangunin kamu nanti aja pas mau pulang.” ujar Tania seraya membereskan mejanya.
Ternyata hanya mimpi. Sungguh hanya mimpi. Kenapa harus mimpi seperti itu? Itu sangat menjijikan. Vani menyentuh bibirnya sendiri. Kenapa rasanya seperti nyata? Sialan. Setan sudah mengelilinginya. Vani bangkit, “Kak, aku pulang duluan ya. Ini sekalian mau ke toilet dulu.”
“Oke Van. Hati-hati ya. Nyawa nya pasti belum ngumpul.”
Vani mengangguk. Gadis itu langsung berjalan ke arah loker untuk mengambil tas nya. Ada masalah apa dengan diri dan pikirannya. Kenapa Arsel harus ikut masuk ke dalam mimpi nya juga.
Setibanya di toilet, Vani langsung membasuh wajahnya. “Pergi. Pergi jauh-jauh dari gue setan Arsel. Ah, gila-gila. Mungkin ini hukuman karena gue telat solat ashar. Tapi kalo mimpi kek begitu, gue harus mandi besar kagak ya?”
Dari pada mati kebingungan, Vani langsung mengambil handphonenya untuk mencari tahu. Gadis itu menghela napas lega saat tidak ada tanda-tanda yang mengharuskan gadis itu untuk mandi besar. Vani langsung membalik keluar dari toilet untuk menuju Mushola. Ada beberapa notifikasi juga dari Amanda dan Pipi kalo mereka masih berada di mushola.
“Van! Sini!”
Vani langsung menghampiri Amanda dan Pipi, “Maaf gue telat.” ujarnya langsung membuka sepatu sekaligus kaus kakinya.
“Iya. Dari mana aja lo? Beres urusan lo sama Kak Arsel?” tanya Amanda.
“Belum.” Vani ikut duduk di emperan mushola di area basement. Gadis itu melirik sekitar untuk meyakinkan tempat benar-benar sepi, “Lo ngomong-ngomong tentang Arsel jangan keras-keras ya.”
“O-oh oke. Maaf. Jadi gimana?”
“Gue belum ngomong sama dia.” lalu Vani menghela napasnya, “Gue malah mimpi buruk.” lanjutnya.
“Owh ... Pantesan lo telat ke sini, lo ketiduran Van?”
“Iya Pi, Man. Gila lah, gue mimpiin si Arsel.”
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGAL • [ON GOING]
Teen FictionPerihal pernikahan bukanlah hal yang mudah untuk di laksanakan apalagi di jalani. Belum lagi, umur Vani yang masih 19 Tahun belum berpikir jauh hingga ke jenjang tersebut. Vani yang tidak terima dengan perjodohan itu pun berusaha menggunakan beberap...