029. Disparitas

174 15 32
                                    

029. Disparitas

     “Hanya karena dia ingin menjaga jarak kamu bisa semarah ini sama Vani? Ayolah Sel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     “Hanya karena dia ingin menjaga jarak kamu bisa semarah ini sama Vani? Ayolah Sel ... Menurut saya wajar saja dia ingin menjaga jarak.” ujar Zainal.

     Arsel menatap nyalang cincin yang mengilap di jari manisnya, “Tidak wajar, Zainal. Kamu pikir, kita sudah tinggal terpisah akhir-akhir ini. Lalu sekarang dia memutuskan untuk menjaga jarak di kantor yang satu-satunya cara tersisa untuk kita berkomunikasi. Dimana letak kewajarannya dalam rumah tangga?”

     “Mungkin Vani ada masalah Sel? Gini deh, kalo posisi saya ada di Vani, mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama. Kamu sudah bertanya terlebih dahulu apa masalahnya? Karna gini, kalo Vani beneran tidak nyaman, pasti ada seseorang di balik penyebabnya. Apalagi sedikit saja sesuatu yang mengganjal terjadi sama kamu, detik itu juga berita menyebar ke sepenjuru.”

      Perkataan Zainal ada benarnya.  Arsel tidak menanyakan terlebih dahulu dengan baik-baik pada Vani apa masalahnya. Mau bagaimana lagi, laki-laki itu terlalu kesal. “Sekarang saya harus bagaimana?”

     “Ya kamu temui dia Arsel. Kamu bicara baik-baik. Dia juga pastinya syok pertama kali liat kamu marah besar. Saya saja sangat tahu bagaimana kamu ketika marah. Pasti Vani sawan. Kamu mau tega sama dia? Sekarang dia pasti lagi merasa bersalah. Saya paham perempuan seperti Vani itu bagaimana, Sel. Saya juga yakin cepat atau lambat, kalian akan mengakui perasaan kalian satu sama lain.”

     Laki-laki dengan kaki tersilang itu menyeruput kopi nya, “Tunggu, bukannya bagus ya kalo Vani merasa bersalah? Saya juga punya pirasat bahwa sekarang dia datang ke rumah kita.”

     Kedua bahu Zainal terangkat, “Selebihnya, itu urusan kalian. Saya hanya ngasih satu, kamu harus lebih sabar menghadapi Vani. Karna sejatinya, perempuan seperti dia itu nggak akan main-main ketika dia sudah mencintai seseorang. Dan saya yakin, dia juga perlahan akan mencintai kamu.”

      “Thank you for everything, Zainal. Now, what would you like to ask beforehand? Ah maaf, malah curhat.”

     Mendengar itu, Zainal tertawa. Kepala laki-laki itu pun menggeleng, “Tidak masalah. Saya juga berbagi pengalaman karna ya Vani itu sangat mirip dengan istri saya, Sel. Itu lucu.”

     “Ya ... Saya juga berharap kita akan seharmonis keluarga kalian.”

     “Itu pasti, Sel. Bahkan sepertinya kalau di lihat dari ke extrememan kalian ini, kalian akan sangat harmonis nantinya. Kamu jangan berlagak naif, Pasti sekarang kamu juga merasa bersalah kan?”

     Ya bagaimana mungkin Arsel tidak akan merasa bersalah setelah semarah tadi pada Vani. Laki-laki itu juga berniat akan meminta maaf pada istri kecilnya sepulang dari sini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LEGAL • [ON GOING]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang