052. Tamu Berduri
Ruang tengah kediaman Zaki di ramaikan oleh kedatangan Rea dan Hadi. Apa saja lelucon berhasil membuat per-besanan itu memecahkan tawa nya. Apalagi saat bertukar cerita tentang masa kecil Vani dan Arsel.
“Yah begitulah Vani, Mba. Apa saja yang bersangkutan sama dia, udah, semuanya nggak akan serius. Tapi kalo udah serius, dia emang nggak main-main. Hanya orang tertentu yang bisa meluluhkan hatinya.”
“Itu bagus. Berarti dia mempunyai inisiatif dan kepercayaan diri yang bagus.” ujar Rea.
Jihan terkikik, “Tapi masalahnya, itu anak suka mancing emosi. Kadang saya suka lupa, kapan saya lahirin anak kayak dia.”
Lagi-lagi ucapan Jihan membuat Rea memegangi perutnya yang terasa mulas karena tidak berhenti-hentinya tertawa, “Vani emang lucu. Saat saya bicara sama dia, betapa bisa nya itu anak meyakinkan ucapannya. Dia anak baik, Mba.”
“Itu sebabnya, saya sangat menyayangi dia. Mau bagaimana pun saya dan dia bertengkar, pasti nggak akan lama. Apalagi saya yang nggak bisa banget diemin dia.”
Rea mengangguk, “Sekarang bukan hanya Mba. Saya juga sangat menyayangi Vani seperti anak saya sendiri. Saya harap, Mba akan selalu percaya bahwa Arsel akan selalu menjaga Vani.”
Kedua tangan Jihan meraih tangan Rea, “Makasih, Mba. Saya sangat percaya sama Arsel. Saya lihat kok, mereka bahkan saling mencintai. Kita percayakan saja.”
“Huh ... Lega rasanya, saya kira, rencana kita mau menjodohkan anak kita saat SMA dulu, itu cuma khayalan. Ternyata terjadi. Benar-benar kenyataan. Dan itu, berkat Mamah juga.”
Jihan refleks menepuk paha Rea saat tertawa, “Iya loh, saya pikir itu cuma candaan pada masanya. Ah ya ampun, emang takdir yang baik. Waktu itu, saya juga kaget pada saat Vani menceritakan kejadian pas perjalanan pulang sekolah kalo dia nolong seorang Nenek yang kecelakaan. Dan dia beneran sedih seharian karena khawatir sama Ibu Ola. Eh ternyata, itu juga adalah jalan mereka buat bersatu. Sesempit itu emang.”
“Alhamdulillah ... Kekeluargaan kita juga jadi semakin rekat. Tinggal menunggu cicit-cicit. Nggak kebayang selucu apa nanti.”
“Ah ya ampun iya, saya hampir lupa,” Rea langsung semangat, “Mereka pasti bentar lagi ngasih yang lucu-lucu.”
Zaki dan Hadi yang tadinya membicarakan hal lain, langsung ikut memasuki topik, “Pasti mirip saya,” ujar Hadi penuh percaya diri.
“Sepertinya jangan. Kerena kalo mirip anda, pasti suka ngebabad kaum hawa.”
“Ya, Pak Zaki bener. Jangan sampe mirip dia, pasti suka gamon sama mantan!” sinis Rea berhasil memecahkan tawa Jihan dan Zaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGAL • [ON GOING]
JugendliteraturPerihal pernikahan bukanlah hal yang mudah untuk di laksanakan apalagi di jalani. Belum lagi, umur Vani yang masih 19 Tahun belum berpikir jauh hingga ke jenjang tersebut. Vani yang tidak terima dengan perjodohan itu pun berusaha menggunakan beberap...