022. Hari Pertama
“Udah beres persiapan buat besok nya Van?” tanya Jihan seraya menyajikan telur balado buatannya ke atas meja makan.
Vani mengangguk, “Beres Bu. Tinggal nyetrika baju doang. Kalian do'ain Vani ya.” ujar gadis itu seraya menyelipkan ujung rambutnya ke belakang telinga.
“Ayah do'ain semoga lancar. Untuk masalah rencana kamu buat kuliah gimana?”
Vani menghela napasnya, “Vani mau nyoba fokus magang dulu. Udah nanda tangan kontrak juga. Lagian sama aja kan, sama-sama belajar. Kalo ambil dua-duanya, Vani takut keteter. Hasilnya malah berhenti di jalan.”
Zaki mengangguk, “Ayah setuju sama keputusan kamu. Dua-duanya sama. Oh iya, kamu belum tau siapa pemilik perusahaan itu?”
Jihan menepuk bahu Zaki. Wanita itu memberi kode agar Zaki tidak melanjutkan ucapannya.
“Kenapa Bu?” tanya Vani merasa aneh dengan tingkah Jihan.
Wanita itu menggeleng, “Nggak Nak. Semoga berhasil ya. Oh iya, besok mau naik apa ke sana nya?” tanya Jihan berusaha mengalihkan topik.
“Kayaknya Vani naik motor aja deh, biar bisa pergi sama pulang cepet. Jalur sana kan kadang-kadang macet. Manda sama Pipi juga sama. Mereka mau pake motor.”
“Iya juga. Kalo gitu kamu harus hatu-hati di jalan. Kalo semisalnya mau Ayah anterin, bilang aja.” kata Zaki.
Vani mengangguk, “Makasih Ayah, Ibu.” gadis itu tersenyum seraya menyiuk nasi beserta lauk ke dalam piringnya.
“Hubungan kalian gimana? Ibu liat kamu sama Arsel udah mulai deket.”
Satu sendok nasi hampir masuk ke dalam mulutnya, “Biasa aja.” ujarnya langsung meloloskan suapannya.
“Meski kalian tinggal terpisah, kalian juga harus saling mengabari ya?”
Vani hanya mengangguk.
Usai menyelesaikan makan malamnya, Vani langsung membantu Jihan membereskan piring kotor. Gadis itu mengambil alih pekerjaan Jihan, “Ibu sama Ayah istirahat aja. Biar Vani yang beresin.”
“Yaudah, kamu juga kalo udah beres langsung istirahat ya. Jangan sampe besok Ibu yang bangunin. Ibu baru beli ember yang ukuran seratus dua puluh liter buat guyur kamu, Van.”
Vani meringis, “Kira-kira lah Bu, kali ini Vani nggak akan kesiangan pokonya.”
Jihan tertawa, “Awas aja kalo bohong.” ujarnya lalu pergi.
Vani terkekeh. Gadis itu langsung mencuci piring dengan gesit.
Setelah semuanya selesai. Vani langsung beranjak menuju kamarnya. Gadis itu harus menyetrika baju hitam putihnya untuk besok. Sempat mencibik kenapa harus berseragam hitam putih. Agak ribet untuk Vani.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGAL • [ON GOING]
Teen FictionPerihal pernikahan bukanlah hal yang mudah untuk di laksanakan apalagi di jalani. Belum lagi, umur Vani yang masih 19 Tahun belum berpikir jauh hingga ke jenjang tersebut. Vani yang tidak terima dengan perjodohan itu pun berusaha menggunakan beberap...