021. Satu Syarat

166 14 0
                                    

021. Satu Syarat

     Vani menyusuri lorong di lantai tiga bertujuan mencari Arsel di ruang gym

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Vani menyusuri lorong di lantai tiga bertujuan mencari Arsel di ruang gym. Lutut Vani terasa lemas karena naik tangga berturut-turut. Sebenarnya ada lift, tetapi gadis itu ingin tahu bagaimana suasananya jika menggunakan tangga. Bahkan  fasilitas di rumah Hadi dan Rea ini hampir lengkap. Semuanya ada.

     Melihat di depan sana ada ruangan dengan pintu terbuka, Vani langsung mendekati ruangan itu. 

     Dan benar saja, di sana ada Arsel yang tengah melakukan plank. Wow, lihatlah otot-otot itu. Ternyata begini kalo melihat laki-laki sedang nge-gym secara langsung? Kenapa malah gadis itu yang merasa gugup?

     Vani mencari sesuatu yang bisa di lempar di sekitarnya. Saat menemukan slippers, gadis itu langsung mengambil sebelah lalu melemparnya ke arah Arsel. Dan berhasil mengenai punggung laki-laki itu.

     “Sory, gue cuma mau ngasih tau. Gue mau pulang,” ujar gadis itu langsung membalik.

     Baru beberapa langkah berlangsung, tiba-tiba tubuh Vani sudah melayang tidak menapak lagi di lantai. Gadis itu di angkat Arsel di bawa masuk ke dalam ruang gym.

     Vani menepuk-nepuk sebelah tangan Arsel yang melingkar di pinggangnya, “Lo! Lepasin gue!”

     Tak menggubris, Arsel langsung menutup pintu ruangan dan menurunkan Vani di sana, “Saya belum mengijinkan kamu pulang.”

     Vani menatap sebal ke arah laki-laki itu, “Niat gue kan cuma mau bilang. Bukan minta izin.” tatapan gadis itu malah tertarik untuk menatap bekas gigitannya yang kini sudah terbaluti oleh keringat.

     “Intinya saya belum mengiyakan. Biar saya antar. Sekarang tunggu saya sebentar lagi.”

     Vani berdecak, “Lagian lo nggak tau waktu banget si, siang bolong gini olah raga.”

     “Kata siapa siang bolong? Ini sudah jam dua. Berarti sudah sore. Kamu bantu saya, Van.”

     “Nggak-nggak. Gue tunggu di sana. Lo buruan,” baru saja Vani hendak membalik, lagi-lagi Arsel menahan gadis itu, “Satu kali lagi. Tinggal sit up yang belum. Kamu tahan kaki saya.”

     “Gue nggak mau. Lagian juga kan ada olah raga lain yang make alat. Kenapa harus sit up?” tolak Vani.

     Arsel diam sebentar, “Karena begitulah susunan gym saya. Sit up adalah penutup. Ayolah, tidak ada susahnya ini Van,” laki-laki itu langsung membaringkan tubuhnya di atas matras.

     Vani menghentakkan kakinya kesal mendekati Arsel membuat Laki-laki itu tersenyum puas, “Tapi jangan lama-lama!”

     “Iya Van, Nggak lama kok.” Arsel langsung memposisikan kakinya untuk Vani tahan.

LEGAL • [ON GOING]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang