033. Satu-satunya

153 11 1
                                    

Special Update!

033. Satu-satunya

 Satu-satunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     “Vani ... Sembunyi di mana kamu?” suara Arsel semakin mendekat. Vani yang berada di dalam lemari baju laki-laki itu pun menutup mulutnya. Apa kelakuan Vani tadi terlewat batas sampe di kejar-kejar seperti ini. Gadis itu memejamkan matanya merapalkan do'a-do'a. Saat terdengar Arsel membuka pintu toilet, gadis itu semakin merinding. Kenapa Arsel harus seperti Om-Om mencari mangsa di saat seperti ini? Vani kan merasa terancam jadinya. Terincar untuk di mangsa lebih jelasnya.

     Di rasa derap langkah Arsel terhenti di depan lemari tempat persembunyiannya, gadis itu hanya bisa menggigiti kukunya sendiri karena pada akhirnya Vani akan bertemu juga. “Mending keluar sendiri, atau saya yang mengeluarkan kamu?” sudah Vani bilang, Arsel terlalu masuk akal untuk Vani yang hilang akal. Terpaksa gadis itu membuka lemari dan keluar dari sana. “Lo ngapain si!” sarkasnya.

     Arsel mengangkat kedua alisnya, “Lho, harusnya saya yang bertanya. Kamu ngapain ngumpet di sana? Padahal saya tidak mengajak kamu main petak umpet,” Arsel mengangkat koper Vani yang di pegangnya ke atas kasur.

     Iya juga. Vani yang tidak jelas kalo seperti ini. Tapikan gadis itu memiliki alasan, “Lo yang nyeremin tadi. Gue nggak suka lo ngomong bernada kayak tadi. Sok Om-Om!” Vani langsung mendekati laki-laki itu mengambil alih pergerakannya yang ingin merapihkan baju gadis itu ke dalam lemari.

     “Apa? Ucapan saya bernada seperti apa? Atau jangan-jangan ... Kamu sal ....”

     “Berisik!” potongnya. Dengan lincah, Vani memasukan baju-bajunya ke dalam lemari yang sama dengan Arsel. Rasanya aneh juga. Ini pertama kalinya gadis itu satu lemari pakaian dengan orang lain. Bahkan ini sekaligus Arsel. Vani sontak menutup kopernya saat yang tersisa tinggal berbagai pakaian pribadinya. Gadis itu melirik Arsel yang sedari tadi memperhatikannya.

     Vani menurunkan kopernya ke lantai, “Mending lo pergi deh,” ujarnya menarik koper itu ke depan lemari.

     Arsel yang paham maksud Vani pun laki-laki itu tersenyum, “Saya suka semua warna yang kamu koleksi.”

     Kedua mata Vani melebar sempurna, “Lo!” gadis itu mendorong dada bidang Arsel sampai laki-laki itu mundur beberapa langkah, “Kenapa? Semua baju kamu warna nya bagus-bagus.” mendengar itu, Vani menghentikan aksinya. Punggung gadis itu menegak, “Kalo ngomong itu yang jelas! Lo itu ngomongnya bikin orang salah paham dan arah, tau gak?!”

     “Oke. Saya minta maaf.”

     Vani menghela napasnya. Gadis itu membalik mendekati lemari yang belum tertutup, tanganya menarik kaus dan celana santai yang di bawanya khusus untuk Arsel, “Nih, gue punya baju buat lo. Gue cape liat lo make kemeja terus kayak gini. Lo lupa kalo tubuh lo itu juga perlu santai? Gue aja yang cewek lebih nyaman make kaos dan celana cowok. Masa lo nggak nyaman si?”

LEGAL • [ON GOING]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang