050. Janji Menjaga
“Nggak mungkin dok, orang dia tadi gerak-gerak tangannya. Biasanya kan kalo udah kayak gitu bangun. Masa harus di kabarkan masih belum pulih.” Vani langsung merundukkan wajahnya.
Dokter itu melirik Arsel yang memberi kode, “I ... Iya, seperti itu hasil pemeriksaannya. Kami akan melakukan yang terbaik untuk suami mba.”
“Rawat jalan itu artinya suami saya udah bisa pulang kan?”
“Iya. Mba bener.”
“Kenapa nggak rawat inap aja sampe bener-bener pulih. Biar bisa ke kontrol juga.”
Taluklah. Dokter itu memejamkan matanya lalu kembali melirik Arsel. Ide nya habis begitu saja. “Ah, begini mba. kebersamaan bersama keluarga juga sangat berpengaruh Mba. Maka dari itu saya menyarankan. Biar saya yang mengontrol ke rumah.”
Otak Vani mencerna ucapan sang dokter. Mungkin benar, Vani juga bisa merawat Arsel di rumah. Gadis itu juga harus memulai baktinya pada suami. Tidak masalah untuk mencobanya. Tapi masalahnya, Vani mau bawa Arsel kemana? Posisinya kan masih di Bandung. “Em, dok. Malem ini masih bisa di sini kan?”
Dokter itu langsung mengangguk, “Tentu.” ujarnya lalu menghela napas lega. Rencananya dengan Arsel berhasil.
Setidaknya Vani masih memiliki waktu untuk memikirkan kemana ia akan pulang. Bisa saja kan untuk sementara tinggal di apartemen sekitar rumah sakit. Vani akan mencarinya.
“Oke dok, kalo gitu saya ngerti. Terimakasih.”
“Baik mba, percayakan Bapak Arsel akan segera pulih.”
Vani mengangguk.
“Kalo begitu saya permisi,” dokter itu langsung beranjak.
Gadis itu menghampiri brankar Arsel, “Gue nanti cari apart sekitaran sini dulu ya, lo baik-baik.” ujarnya seraya menarik selimut sebatas dada laki-laki itu.
“Gue kira lo bakal bangun. Karena biasanya kan di film-film kalo orang ngga sadar jarinya udah gerak ya berarti mau bangun. Tapi ternyata film beneran piktif belaka.” gadis itu menghela napasnya, “Bangunlah ... Mau sampe kapan si lo merem kayak gini.”
Ah. Vani melupakan sesuatu, “Lo mau gue kelitikin ya? Mungkin aja lo bangun kan.”
Sontak kedua alis Arsel tertaut. Vani menyadari itu. Alis gadis itu ikut tertaut, “Lo denger gue?” wajah gadis itu mendekat meneliti pergerakan Arsel, “Lo ngerjain gue ya?” lagi-lagi Vani meneliti wajah Arsel yang menormal. “Lo takut gue kelitikin kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGAL • [ON GOING]
Teen FictionPerihal pernikahan bukanlah hal yang mudah untuk di laksanakan apalagi di jalani. Belum lagi, umur Vani yang masih 19 Tahun belum berpikir jauh hingga ke jenjang tersebut. Vani yang tidak terima dengan perjodohan itu pun berusaha menggunakan beberap...