049. Rahasia Dokter Dan Arsel

110 13 2
                                    

049. Rahasia Dokter
Dan Arsel

     “Kalo lo cape, pulang aja sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     “Kalo lo cape, pulang aja sana.”

     Lagi-lagi Elsa mengusik hati Vani. Apa Elsa akan terus-terusan semenah-menah mengaturnya padahal gadis itu lebih berhak atas Arsel?

      Tidak bisa. Vani tidak memiliki sabar seluas samudra.

     “Kak, mending lo deh yang pulang.” gadis itu berdiri, “Semakin ke sini lo ngawur tau  gak. Lo lupa kalo Arsel itu suami gue?” kesalnya.

     Elsa ikut berdiri seraya menyilangkan kedua tangannya ke depan dada, “Owh, jadi ini sifat asli lo?”

     “Iya. Ini gue. Kenapa? Jangan mentang-mentang lo lebih dewasa, gue mau terus menerus nerima pembicaraan lo yang nggak masuk di akal gue. Kak, harusnya lo lebih ngerti. Keberadaan gue di sini bukan sembarangan. Gue berhak ngejaga suami gue. Justru elo yang harusnya pulang aja. Di sini udah ada gue. Istrinya Pak Arsel.” ujar Vani memperjelas.

     Elsa sempat terbungkam, namun Vani terlalu bocah untuknya, “Gue bisa jagain Pak Arsel.”

     “Iya gue tau. Tapi gue lebih berhak.”

      “Nggak usah bawa-bawa hak, deh. Pernikahan kalian yang tanpa di dasari cinta itu buat apa di pertahankan? Gue tau Pak Arsel nggak pernah bahagia sama lo.”

      “Setau itu lo tentang rumah tangga kita. Hebat.” Vani langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruangan. Elsa pun menyusulnya.

     “Istrinya Bapak Arsel?” dokter itu menunjuk Vani.

     Vani mengangguk. Lalu gadis itu menatap singkat Elsa yang juga menatapnya sinis. “Gimana keadaan suami saya dok?”

     Dokter itu memberikan selembar kertas pada Vani, “Benturan terakhir sangat keras di kepala bagian belakang Bapak Arsel. Itu yang nenyebabkan beliau pingsan dan mengalami pendarahan. Namun, itu sudah di tangani sehingga keadaannya membaik. Perlu di syukuri karena tidak ada yang serius. Kita tinggal menunggu beliau sadar dan pulih.”

     Detik itu juga Vani membuang napas lega. “Alhamdulillah. Saya boleh masuk dok?”

     “Boleh. Tetapi saya hanya menyarankan satu orang saja. Itu pun orang yang bersangkutan. Bukan hanya peraturan rumah sakit, tetapi juga demi kebaikan pasien. Terimakasih, saya permisi. Ah iya, jangan lupa juga untuk selalu membersihkan tubuh pasien agar selalu nyaman. Saya permisi,” dokter itu langsung pergi.

     “Terimakasih dok,” Vani langsung menarik kopernya ingin masuk ke dalam ruang rawat Arsel. Tetapi tangan nya di tahan Elsa.

     Kedua alis Vani tertaut, “Masih belum jelas?”

     “Gue aja yang masuk ke dalam ya? Gue bisa kok jaga Pak Arsel.”

     “Gila ya lo!” Vani menepis kasar tangan Elsa lalu benar-benar masuk ke dalam ruang rawat Arsel.

LEGAL • [ON GOING]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang