011. Di Culik Om

281 28 5
                                    

011. Di Culik Om

     Arsel melirik Vani yang masih terlelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Arsel melirik Vani yang masih terlelap. Kenapa gadis itu sampai pingsan seperti ini? Berhubung jarak jalan lebih dekat dengan rumahnya, Arsel memutuskan untuk membawa Vani ke rumahnya saja. Bukan rumah Hadi dan Rea, tetapi Rumah Arsel sendiri.

     Setibanya di area rumah, laki-laki itu langsung memencet remot kecil agar gerbang terbuka otomatis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Setibanya di area rumah, laki-laki itu langsung memencet remot kecil agar gerbang terbuka otomatis. Rumahnya memang terbilang minimalis, tapi laki-laki itu sangat nyaman tinggal di sana.

   Perlahan Arsel menggendong Vani. Satu demi satu melewati anak tangga, laki-laki itu berhasil membawa Vani masuk ke dalam kamarnya. Kamar di rumah ini juga ada satu, karena yang satu, sudah laki-laki itu gunakan untuk ruang kerja.

     Berhasil membaringkan Vani di kasurnya, kini laki-laki itu mematung karena Vani menggeliatkan tubuhnya. Tanpa di duga, hijap instan yang membaluti kepala gadis itu terbuka karena gadis itu sendiri yang manariknya, “Gerah ....” racau gadis itu.

     Arsel yang masih tidak percaya dengan pemandangan di depan mata nya itu pun tersadar oleh suara gadis itu. Ah Arsel lupa belum menyala kan AC. Dengan cepat laki-laki itu menyalakannya lalu kembali mendekati Vani yang kini benar-benar berbeda.

     Arsel yang  sulit berkedip itu pun mencoba untuk lebih mendekati gadis itu. I-ni Vani kan? Arsel masih belum percaya kalau laki-laki itu akan melihat mahkota Vani secepat ini. Tapi tunggu, bagaimana kalau gadis itu malah salah paham padanya nanti? Dan mengira bahwa laki-laki itu yang telah membuka hijapnya. Bagaiamana?

     Dengan cepat Arsel mengambil hijap dari tangan gadis itu lalu berusaha memakaikannya. Tetapi itu tidak mudah, pergerakan gadis itu selalu saja mengagetkan Arsel. Tenang, laki-laki itu pasti berhasil.

     Detik-detik keberhasilan di depan mata, Arsel meringis saat tangan Vani meremat baju bagian dadanya. Tanpa di duga gadis itu langsung mendorong Arsel hingga terjungkal ke bawah.

     “Lo mau apain gue?!” teriak Vani seraya membenarkan kerudungnya yang berantakan.

     “Saya bisa jelasin, aws ....” Arsel menyentuh pantatnya yang barusan habis mencium lantai.

LEGAL • [ON GOING]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang