Chapter 11

149 18 1
                                        

Pagi itu Barry yang baru saja terbangun dikejutkan oleh suata bell apartement nya, siapa yang bertamu sepagi ini? Omelnya dalam hati. Barry mengurut pelipisnya, sambil mengumpulkan nyawa yang seolah melayang entah kemana karena efek ibuprofen semalam. Barry perlahan menuruni tangga lalu berjalan menuju pintu dengan lunglai. Saat melihat monitor, ternyata Ody yang berdiri di balik pintu.

"Sudah sehat?" Ody bertanya pelan sambil melihat Barry dari ujung kepala hingga kakinya. Barry melipat tangannya di depan dada, menatap Ody dengan begitu sinis. Barry tidak terima dengan pertanyaan setegas itu saat dirinya baru saja dibuat terbangun dari tidur lelapnya.

"Itu bukan urusan kamu, kenapa kamu bertamu sepagi ini?"

"Apa saya boleh masuk?" Ody mengangkat sebelah alisnya, menatap Barry penuh antisipasi. Barry mengangguk lalu bergeser untuk memberi Ody ruang. Ody melangkah masuk di susul Barry yang baru saja menutup pintu.

"Sudah sarapan?"

"Kamu membangunkan saya, ini baru pukul 7 dan itu sangat mengganggu." Barry berkata cepat namun sama sekali tidak menjawab pertanyaan Ody. Barry mendudukkan dirinya di sofa sambil bersandar lemas dan memejamkan matanya.

"Sudah sarapan?" Ody bertanya lagi seraya mendudukkan dirinya disisi kanan Barry. Barry membuka matanya dan melirik Ody dengan kesal.

"Belum !"

"Badan kamu masih demam." Ody meletakkan punggung tangannya di kening Barry, Barry kembali membuka mata dan kali ini melirik Ody heran.

"Apa kamu keberatan saya mengecek suhu badan kamu?"

"No..."

"So, apa kamu akan absen hari ini?"

"Hmmmm..."

"Apa perlu saya antar ke dokter?"

"No, thanks, saya bisa lakukan sendiri."

"Good ! Lagipula saya gak mau di repotkan dengan mengantar kamu ke dokter. Itu hanya sebuah tawaran formalitas dari seorang rekan kerja." Ody tersenyum manis sambil menatap Barry sementara Barry memberengut kesal dengan jawaban Ody.

"Beberapa detik yang lalu saya berniat damai dengan kamu. Tapi saya langsung berubah pikiran." Barry melipat kedua tangannya di dada sementara Ody tertawa renyah melihat sikap Barry. Oh wait ! Dia sangat cantik jika tertawa seperti ini, gumam Barry dalam hatinya.

"Okay okay ! Sorry saya sudah membuat kamu kesal sepagi ini. Anyway, semalam saya lupa memindahkan data saya dari laptop kamu. Bisa kamu pindahkan sekarang?" Ody merogoh shoulder bag nya dan menyerahkan sebuah flashdisk pada Barry. Barry lalu memutar bola matanya kesal.

"Okay...wait !" Barry segera beranjak menuju kamarnya, sementara Ody beranjak menuju kitchen bar untuk menyiapkan sarapan yang sengaja dibawanya.

Menunggu 10 menit, Barry kembali turun dari kamarnya. Barry kembali terkejut melihat Ody sudah menyiapkan sarapan di meja makan untuk mereka berdua. Semangkuk bubur ayam memang sarapan terfavorit dalam hidup Barry.

"Kamu...."

"Ayo duduk !" Ody berkata dengan nada memerintah sambil melirik kursi di hadapannya. Barry terduduk sambil matanya tak lepas menatap Ody.

"Saya sengaja datang sepagi ini untuk menemani kamu sarapan." Ody berkata cuek sebelum sendokan pertama bubur ayam mendarat di mulutnya. Barry masih menatap Ody heran, kenapa dia harus melakukan ini???

"Kamu gak suka bubur ayam, ya?"

"Saya suka..."

"Apa kamu gak selera makan? Saya juga bawa kamu buah-buahan jika kamu belum berminat sarapan."

Peluh Untuk PulihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang