Chapter 42

129 25 1
                                    

"Nalla...ini saya Ody..."

Ody berkata dingin diujung telepon saat menghubungi Nalla untuk menentukan tempat pertemuannya dengan Noah. Sore itu, Ody menghubungi nomor kontak yang Nalla berikan padanya. Saat sudah bersepakat dengan Noah, Ody tak mau lagi membuang waktu untuk segera mempertemukan Nalla dengan Noah.

"Ody? maaf Ody saya Ibunya Nalla..."

Bukan suara Nalla, melainkan suara seorang wanita paruh baya yang terdengar menjawab telepon Ody. Seketika Ody merasa canggung karena sudah berkata dingin sebelumnya.

"Maaf...apa saya bisa bicara dengan Nalla."

"Apa kamu temannya Nalla?"

"Ehm...buk...Iya...saya temannya Nalla." Ody menjawab ragu karena merasa bingung untuk menggambarkan posisinya, teman? Ody merasa dirinya tak memiliki hubungan sedekat itu dengan Nalla. Tapi jika tak mengaku sebagai teman, lalu aku harus menjawab apa?

"Begini Ody...sudah 5 hari ini Nalla sedang menjalani perawatan intensif di Melbourne Hospital. Kondisi Nalla drop beberapa hari sebelumnya tapi sekarang sudah cukup stabil..." Ibu Nalla menjelaskan dengan suara yang pelan dan terdengar begitu sedih, Ody hanya bisa menghela nafasnya berat. Memang tidak mudah seorang Ibu harus menerima kenyataan bahwa anaknya menderita sakit yang parah, ujar Ody dalam hati.

"Oh...apa memungkinkan jika saya bertemu dengan Nalla, Tante?"

"Bisa, pasti Nalla akan senang jika ada temannya yang berkunjung."

"Kalau begitu, apa Tante bisa kirimkan alamat rumah sakitnya via chat ke nomor ini?"

"Tentu, Tante tunggu kedatangan kamu, ya?"

"Baik Tante, terimakasih..." Ody segera memutuskan sambungan teleponnya dan tertegun seraya melipat kedua tangannya di dada. It means...aku dan Noah harus terbang ke Melbourne demi menemui Nalla? Karena...aku tak mungkin lagi menunda ini...gumam Ody dalam hatinya. Ody segera memesan tiket untuk dirinya dan Noah sebelum berangkat menuju Melbourne besok sore.

***

Ody dan Noah sudah tiba di Melbourne kemarin malam. Pagi ini, Ody dan Noah mendatangi rumah sakit tempat Nalla mendapatkan perawatan. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Noah tak mengatakan apapun pada Ody. Pikirannya benar-benar berkecamuk...dirinya baru percaya bahwa Nalla benar-benar sedang sakit parah.

Noah menggenggam tangan Ody dengan begitu erat saat mereka berjalan di sebuah lorong menuju ruangan Intensif Care Unit. Tampak seorang wanita paruh baya sedang berdiri dibalik dinding kaca sambil memeluk dirinya sendiri. Wajahnya terlihat begitu muram dengan matanya yang begitu sendu. Noah langsung menyadari bahwa itu adalah Ibu Nalla sementara Ody hanya meliriknya sekilas.

"Tante..."

Seketika wanita itu memutar tubuhnya, wajahnya tampak begitu terkejut saat mendapati pria yang baru saja memanggilnya adalah Noah. Wanita itu mematung dan seketika wajahnya berubah tegang...

"Masih ingat saya?"

"N...Noah..." Ibu Nalla terbata memanggil nama Noah, sementara Noah memalingkan pandangannya ke arah dinding kaca dan melihat Nalla sedang tertidur bersama alat penunjang kehidupannya.

"Tante apa kabar?" Noah bertanya agak ketus tanpa seulas senyuman diwajahnya, sementara Ibu Nalla sibuk mengendalikan dirinya yang masih sangat terkejut karena melihat mantan calon menantunya kini berdiri dihadapannya. Entah bagaimana, perasaan bersalah menyelimuti dirinya karena dulu pernah dengan kejam memisahkan Noah dan Nalla.

Ody mencoba mengerti akan sikap Noah yang begitu ketus pada Ibu Nalla. Ody berasumsi bahwa rasa sakit yang bersemayam dihati Noah masih belum kunjung hilang. Ody memahami Noah yang harus berperang dengan perasaannya sendiri dan berusaha menelan egonya untuk mendatangi Nalla dan menyelesaikan segala urusannya. SEMUA NOAH LAKUKAN DEMI ODY !!

Peluh Untuk PulihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang