Chapter 22

70 11 0
                                    

Malam itu setelah semua urusan kecelakaan Ody selesai, staff Noah datang untuk mengantarkan barang-barang penting Ody dari TKP kecelakaan. Meskipun ponsel Ody rusak berat, namun Ody bersyukur tablet pc, laptop dan barang-barang pentingnya yang lain dapat kembali dengan utuh.

"Apa kamu masih demam?" Noah menyentuh kening Ody dengan punggung tangannya, Noah merasa suhu tubuh Ody agak tinggi.

"Sedikit demam, tapi saya baik-baik saja."

"Kamu okay jika di tinggal sendiri?"

"I'm okay...kamu gak perlu terlalu khawatir, No."

"Hubungi saya jika terjadi sesuatu..."

"Hmmmm...sure...." Ody berkata meyakinkan Noah dan Noah memutuskan untuk percaya pada Ody. Noah melihat kondisi Ody tampak jauh lebih baik dari sore tadi. Hal ini tentu membuat Noah lega hingga tak terlalu khawatir. Noah berjalan menuju ruang wardrobe dan meraih salah satu sweaternya.

"Kamu pakai ini, ya?" Noah memberikan sweater berwarna putihnya pada Ody. Ody mengangguk setuju karena Ody merasa suhu tubuhnya masih belum stabil. Tubuhnya hangat namun Ody merasa kedinginan. Noah bahkan membantu Ody mengenakan sweater nya yang kebesaran di tubuh Ody namun memeluknya begitu hangat.

"Sudah siap?"

"Ya..." Ody tersenyum sambil mengangguk pada Noah. Noah dengan sigap membawakan shoulder bag Ody di tangan kirinya dan menopang tubuh Ody dengan tangan kanannya. Noah memapah Ody menuruni satu persatu anak tangga dengan hati-hati. Meski sebenarnya Ody merasa baik-baik saja, namun Ody tak mau menolak kebaikan Noah untuk membantunya.

Bahkan hingga mereka sampai di lift, Noah tak melepaskan Ody sedetikpun.

***

Noah mendudukkan Ody di seat depan dan membantu memasangkan safety belt. Ody menggigit bibir bawahnya saat hidungnya terpaksa harus kembali mencium aroma parfume Noah.

"Thank you." Ody bergumam pelan seraya Noah tersenyum sambil menatap matanya, tatapan yang selalu meneduhkan hati Ody. Noah mulai memanuver mobilnya dan selama beberapa menit ke depan, Ody dan Noah saling diam, bergumul dengan pikiran mereka masing-masing.

"So, bagaimana persiapan kepindahan kamu ke Sydney?"

"Sudah 90 persen."

"Kamu benar-benar akan move kesana?"

"Hmmmm..." Ody mengangguk mantap sambil melirik Noah, Noah hanya tersenyum kecil menanggapi keseriusan Ody yang benar-benar siap meninggalkannya.

"Pak Aryo seorang leader yang sangat supportive, saya yakin kamu bisa mengembangkan kompetensi kamu disana."

"Kamu...mengenal Pak Aryo?"

"Ya...saya mengenal dia saat saya masih menjadi commissioner VB."

"Ehm...saya harap kami bisa bekerja sama dengan baik."

"Sure...kamu pasti akan cepat beradaptasi dengan dia. Pak Aryo memiliki etos kerja yang baik sejak dulu hingga dia bisa mendapatkan kepercayaan untuk meng handle VB Sydney."

"So relieved to hear that." Ody tersenyum sambil melirik Noah, sementara Noah memakukan pandangannya ke jalanan. Mereka kembali saling diam, namun Ody merasa cukup nyaman berada disisi Noah.

"No..."

"Ehm?"

"Apa yang harus saya lakukan untuk membalas semua kebaikan kamu hari ini?" Ody memakukan pandangannya pada Noah, Noah terkekeh lalu menggelengkan kepalanya.

"Lucky you ! Saya sedang gak menginginkan sesuatu, so...kamu gak perlu melakukan apapun untuk saya."

"Oh come on...saya akan mengabulkan permintaan kamu."

Peluh Untuk PulihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang