Noah termenung di jendela kamarnya sambil memandangi hiruk pikuk jalanan kota pagi itu. Pikirannya masih tentang pembicaraan dengan Ody semalam. Ody ingin memperjelas status mereka dan pertanyaan itu sama sekali tidak pernah terlintas di benak Noah. Noah tidak mau menyalahkan Ody yang terbawa perasaan karena dirinya pun sungguh memiliki perasaan yang sama dengan Ody. Tetapi bagaimana dengan Nalla?? Kehadiran Nalla yang Noah tunggu kini malah membuatnya kebingungan setengah mati !!!
Noah sebenarnya tak sampai hati jika harus melewatkan Ody, sementara Noah pun tak yakin jika harus menjalani lagi kisahnya dengan Nalla. Bagimana jika Noah memutuskan bersama Ody dan meninggalkan Nalla? Bukankah perjuangannya selama ini menunggu Nalla menjadi sia-sia? Atau...bagaimana jika Noah memutuskan bersama Nalla dan meninggalkan Ody? Berarti Noah sudah menjadikan Ody pelariannya seperti yang Barry katakan? NO !! It's big NO !! Ody bukan seperti wanita-wanita yang dijadikan Noah sebagai pelariannya. Ody tidak berhak menjadi pelarianku karena akupun menyimpan separuh hatiku untuknya ! Teriak Noah dalam hati.
Lalu bagaimana dengan Barry? Apa dia benar-benar tidak menyimpan perasaan apapun pada Ody?? Tetapi kenapa Barry terkesan mendekati Ody hingga Barry mau lunch bersama Ody dan tante Cintya? Sementara Barry bukan tipe orang yang peduli pada urusan orang lain. Tapi, faktanya Barry sudah masuk kedalam kehidupan personal Ody.
Noah mengacak rambutnya frustrasi dan kembali menjatuhkan dirinya di ranjang. Noah jenis pria yang sangat tegas dalam setiap keputusannya, tetapi saat ini semuanya hilang. Noah mendadak jadi pria yang terlalu bingung dan sangat sulit mengambil keputusan. Ya, ini masalah hati bukan pekerjaan, pikirnya.
Noah meraih ponsel di nightstand, menghubungi satu-satunya orang yang mungkin bisa membantunya mengambil keputusan, at least manusia itu bisa memberikan insight untukku ! Noah tidak mungkin bertanya pada Barry. Noah lalu menghubungi Runa, kakak sepupunya.
"Dimana?" Noah berkata datar tanpa prolog apapun pada Runa, Runa terkekeh di ujung telepon.
"Kantor, baru selesai recording. Kenapa?"
"I need to talk to you."
"Okay, gue tunggu No."
***
Noah menemui Runa di kantor management nya yang tak jauh dari apartement Noah. Noah berharap Runa bisa memberikan solusi karena jika Noah menceritakan pada Kinar, sudah dipastikan Kinar akan meledak. Runa satu-satunya harapan Noah sebagai tempatnya untuk bertanya.
"Lo gak ke kantor?"
"Gue mengambil off."
"By the way, ada apa?" Runa bertanya sambil memberikan sekaleng soda pada Noah. Noah langsung terkekeh sambil melarikan pandangannya dari Runa.
"Apa lo terlalu sibuk sampai meminta gue segera to the point?"
"No...I mean lo terlalu mengejutkan karena secara tiba-tiba menghubungi gue dan mengatakan perlu bicara."
"Okay to the point ! Jika diminta memilih, lo akan kembali pada orang dimasa lalu yang mungkin sudah mengenal lo luar dalam atau orang di masa kini yang sebenarnya lo masih belum terlalu mengenalnya?" Noah berkata pelan sambil menatap Runa dengan seksama. Runa langsung mengernyitkan dahinya, menatap Noah keheranan.
"What do you mean?"
"Just answer !"
"Wait !! Jangan katakan kalau lo kembali bertemu dengan wanita itu lagi?" Runa berkata dengan penuh curiga pada Noah, Noah langsung menggelengkan kepalanya.
"Arruna Anindyo, just answer ! Gue hanya meminta pendapat lo." Noah bersikeras sambil menatap Runa serius. Runa menghembuskan nafasnya kesal, sambil memikirkan jawaban untuk Noah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peluh Untuk Pulih
RomansaOdy tak pernah menyangka bisa sedekat ini dengan Noah, senior yang diam-diam dikaguminya sejak SMA. Ody merasa bahagia, seolah mimpinya saat remaja menjadi nyata. Namun, kebahagiaan itu ternyata semu-Noah masih menunggu Nalla, mantan tunangannya yan...