Perasaan Ody sangat tak karuan setelah mendengar suara Noah yang begitu cemas. Entah apa yang terjadi, entah pembicaraan seperti apa yang Noah dan Nalla lakukan hingga membuat Noah begitu sedih dan gundah. Ody yang semula berjalan tergesa langsung memelankan langkah saat matanya sudah menangkap Noah. Noah tampak duduk di sofa ruang tunggu dan gesture nya terlihat begitu kacau. Noah memakukan pandangan matanya pada Ody yang perlahan menghampiri. Ody mendudukkan diri disisi Noah seraya menggenggam tangannya dengan begitu erat.
"Sayang, you okay?" Ody bertanya lembut seraya menilik Noah, Noah hanya mengangguk pelan lalu melarikan pandangannya dari Ody dan menunduk. Detik ini Ody merasa semakin kacau karena khawatir pertemuan Noah dengan Nalla malah menyisakan luka di hati Noah.
"Hmmmm..."
"What's going on?" Ody bertanya lagi seraya terus memandangi Noah yang kini semakin menunduk. Tak lama, Noah mulai melirik Ody dengan matanya yang begitu sendu. Noah merasa perlu menahan diri untuk menjaga perasaan Ody.
"Nalla...she passed away..."
"Ha?" Ody benar-benar terkejut mendengar ini, setengah hatinya masih tak percaya dengan perkataan Noah. Bagaimana bisa Nalla meninggal dunia? Bukankah tadi keadaannya sudah membaik? Tanya Ody dalam hatinya.
Ody langsung beranjak dari sofa dan mendekati ruang perawatan Nalla. Ody melihat kedalam lewat dinding kaca dan seketika Ody benar-benar lemas saat mendapati tubuh Nalla sudah ditutupi selimut putih hingga lehernya. Ody segera mendorong pintu untuk masuk dan menghampiri Ibu Nalla yang sedang tertegun memandangi anaknya.
"Tante..." Ody berkata pelan seraya Ibu Nalla dan Naya melihat ke arahnya. Ibu Nalla langsung beranjak dan mendekati Ody seraya tersenyum pilu menutupi kepedihan hatinya. Sementara Naya tampak tersedu menangisi kepergian kakaknya.
"Nalla..." Ody bergumam pelan seraya menatap jasad Nalla yang sudah ditutupi selimut.
"Maafkan Nalla jika Nalla ada kesalahan, Ody..." Ibu Nalla berkata pelan seraya mengusap lengan atas Ody. Ody menutup mulutnya karena benar-benar tak percaya pada apa yang sedang terjadi dihadapan matanya. Tadi Ody melihat Nalla baik-baik saja, bahkan tersenyum saat melihat Noah menghampirinya. Tapi sekarang Nalla sudah pergi dan tak akan pernah kembali. Logika Ody masih belum bisa menerima ini...rasanya terlalu cepat...
Ody perlahan mendekati ranjang tempat jasad Nalla dibaringkan, mata Ody seketika berkaca-kaca. Ody tertegun memandangi Nalla, hatinya masih tak percaya Nalla yang baru berdebat dengannya 1 minggu yang lalu kini sudah tak bernyawa. Nalla tampak seperti sedang tertidur lelap dengan sedikit senyuman. Dari wajah pucatnya, Nalla terlihat begitu damai dan pergi dengan begitu tenang. La...saya sudah menepati janji saya, kan? Saya yakin kamu lebih bahagia sekarang...ucap Ody dalam hatinya.
"I'm so sorry for your loss, Tante..." Ody menggenggam tangan Ibu Nalla dengan penuh simpati, Ibu Nalla seketika menangis tersedu saat Ody melakukan ini. Ody mengusap lengan atas Ibu Nalla untuk sekedar menenangkannya.
"Thank you Ody, kamu sudah memenuhi keinginan terakhir Nalla untuk bertemu Noah..."
"Saya gak menyangka Nalla akan pergi secepat ini..."
"Keinginan terakhir Nalla sudah terpenuhi, Nalla juga sudah overwhelmed dengan rasa sakitnya selama hampir satu tahun ini. Tante sangat lega Nalla bisa pergi dengan begitu damai..."
"Iya Tante..."
"Noah mana?"
"Noah ada di luar Tante...sedang menenangkan diri..."
"Tadi...Tante lihat sepertinya Noah agak shock...lebih baik kamu temani Noah, ya?"
"Okay Tante...katakan jika Tante membutuhkan sesuatu untuk mempersiapkan pemakaman Nalla." Ody berkata lembut seraya memegang tangan Ibu Nalla, Ibu Nalla tersenyum sambil mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peluh Untuk Pulih
RomansaOdy tak pernah menyangka bisa sedekat ini dengan Noah, senior yang diam-diam dikaguminya sejak SMA. Ody merasa bahagia, seolah mimpinya saat remaja menjadi nyata. Namun, kebahagiaan itu ternyata semu-Noah masih menunggu Nalla, mantan tunangannya yan...