Chapter 16

55 10 0
                                    

"Apa saya boleh masuk?"

Barry melongokkan kepalanya di pintu ruangan Ody. Ody yang pagi itu sedang asyik melamun agak terkejut dengan kehadiran Barry. Ody hanya tersenyum kecil lalu mengangguk lemah. Barry tahu, Ody masih sangat terganggu dengan kejadian 1 minggu yang lalu, maka dari itu dirinya sengaja membawakan sekotak cokelat untuk Ody.

"Ini dokumen yang harus kamu pelajari." Barry berkata cuek lalu melengos meninggalkan Ody. Ody yang saat itu otaknya sedang mengalami delay akut baru tersadar saat Barry menutup kembali pintu ruangannya. Tumben, dia mengantar dokumennya sendiri, bisik Ody dalam hati.

Ody dengan lunglai membuka dokumen yang baru saja Barry berikan. Tak disangka, ada sekotak cokelat dengan sebuah memo tertempel dikotaknya. Ody membuka memo itu, tulisan khas Barry tergores disana.

"Jangan melamun terus ! Pekerjaan kita masih banyak !"

Ody langsung memberengut membaca memo yang Barry berikan. Dasar menyebalkan ! Geramnya dalam hati. Ody langsung melirik dokumen yang baru saja Barry antarkan dan yaaa benar pekerjaannya sangat banyak, bisa-bisa aku lembur sampai tengah malam !

Melamunnya Ody bukan tanpa dasar apapun, pikirannya masih tertuju pada Noah. Ah shit ! Bayangan Noah begitu melekat di pikiran Ody. Seakan semua yang di lakukan Noah tak cukup menyakitkan hatinya. Memang gila jika Ody masih memikirkan pagi ini Noah sudah sarapan atau belum bahkan hingga Noah terlambat berangkat atau tidak ! Zzzzz...Ody sangat ingin membenturkan kepalanya ke dinding hingga amnesia !

Tok tok...

Ody mengalihkan pandangan pada pintu ruangannya, Arini sekertaris baru Ody tersenyum ramah.

"Meeting dengan dewan komisaris 15 menit lagi bu."

"Okay, thanks Rin !" Ody tersenyum kecil pada Arini yang kemudian berlalu meninggalkan ruangan Ody. Ody segera meraih tablet pc dan ponselnya lalu segera beranjak merapikan penampilan.

Sejujurnya Ody sangat ingin pura-pura sakit karena Ody tidak ingin menghadiri meeting siang ini. Ya, pasalnya Ody pasti harus bertemu dengan Noah mengingat agenda meeting hari ini adalah pengarahan dari Board Of Commissioner.

"Oh God ! Give me a strenght..." teriak Ody dalam hatinya sambil matanya terpaku dihadapan cermin. Ody terkejut dengan suara ponselnya, nama Barry tertulis di layar. Ody segera keluar dari ruangannya lalu melihat wajah masam Barry yang sengaja menunggunya.

"Kenapa sangat lama?" Barry berkata ketus sambil berjalan cepat di depan Ody. Ody mengernyitkan dahinya heran sambil mencoba menyamakan langkah dengan Barry.

"Saya gak minta kamu menunggu." Ody membalas dengan nada yang tak kalah ketus dari Barry. Ody segera mempercepat langkahnya dari Barry lalu meliriknya.

"Thanks cokelatnya Bar."

"Sure." Barry menjawab pendek lalu masuk ke dalam lift. Meskipun Ody merasa kesal dengan ketusnya Barry, namun Ody bersyukur masih ada orang yang peduli pada keadaannya saat ini.

Sebenarnya Ody merasa jantungnya tak karuan karena akan bertemu Noah, tetapi Ody merasa tenang karena ada Barry. Kenapa aku bisa merasa tenang karena Barry? Ya, otak Ody berpikir setidaknya mungkin Barry akan mengalihkan perhatian Noah dengan membicarakan pekerjaan sehingga Noah tidak akan mengincar Ody !

Ting....

Suara lift sudah sampai di lantai tujuan mengagetkan Ody. Saat baru saja keluar lift, hawa dingin begitu terasa di tubuh Ody ketika melihat Noah melintas di hadapannya dengan begitu dingin. Ody mencoba menenangkan diri, berusaha mengubah mindsetnya bahwa semua akan baik-baik saja. Ody melangkah di samping Barry, mencoba membangkitkan diri di tengah hatinya yang rapuh. Memasuki ruangan meeting, hawa dinginnya semakin menusuk Ody.

Peluh Untuk PulihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang