Noah menghembuskan nafasnya sebelum memutuskan untuk menghampiri ranjang tempat Nalla sedang berbaring. Saat Noah berjalan mendekat, Nalla langsung mengalihkan pandangan ke arah Noah. Hati Noah cukup hancur melihat keadaan Nalla yang begitu memprihatinkan. Seketika Noah menyesal karena telah berprasangka buruk pada Nalla tentang penyakitnya. Nalla tampak lebih kurus dari sebelumnya, dengan wajah pucat, selang oksigen melekat di hidungnya dan alat deteksi jantung yang mencapit jarinya. Meski demikian, hal itu tidak mengurangi wajah cantik Nalla yang selalu mempesona.
Saat Noah mendekat, seketika Nalla tersenyum lega melihat orang yang dicarinya selama ini ada dihadapannya. Kebahagiaan membuncah dihati Nalla, thanks God...gumam Nalla dalam hati.
"Hai..." Noah tersenyum kecil seraya menatap Nalla lekat-lekat. Nalla seolah mendapatkan energi baru saat melihat Noah yang tampak berbeda dari sebelumnya. Noah terlihat begitu tampan dan lebih mature, mungkin karena sudah hampir 3 tahun lamanya Nalla tak bertemu dengan Noah.
"How's it going, La?" Noah bertanya lagi saat Nalla hanya membalas sapaannya dengan sebuah senyuman.
"Not bad...senang bisa melihat kamu lagi. Bagaimana dengan kamu?"
"Sangat baik..."
"Kamu datang sendiri?"
"Saya datang bersama Ody, tapi Ody memilih menunggu di luar."
"Oh..." Nalla tersenyum getir saat mendengar Noah menyebut dirinya dengan kata 'saya'. Hal ini terdengar begitu asing ditelinga Nalla karena Nalla merasa jarak diantara mereka begitu nyata.
"Sampaikan ucapan terimakasih aku pada Ody karena dia sudah menepati janjinya..." Nalla berkata lirih seraya menatap Noah dengan mata yang berkaca-kaca. Noah hanya tertegun memandangi Nalla yang tampak menelan tangisannya.
"Jika bukan karena Ody, saya memilih untuk gak pernah menemui kamu lagi, La..."
"I know..." Nalla mengangguk pelan dan matanya kembali berkaca-kaca saat mendengar perkataan Noah yang menyayat hatinya.
"By the way...sorry, kamu harus melihat aku dengan keadaan yang sangat menyedihkan seperti ini. Aku sangat kesal karena penampilanku begitu buruk dihadapan kamu, padahal sudah hampir 3 tahun kita gak bertemu." Nalla yang sudah tidak bisa lagi menahan air matanya mulai tersedu dihadapan Noah. Detik ini Noah sangat merasa simpati pada Nalla. Noah perlahan meraih tangan Nalla dan mencium punggung tangannya dengan penuh kasih sayang. Noah memahami, Nalla bisa begitu frustrasi jika tidak tampil sempurna dihadapan orang lain. Nalla selalu resah jika merasa tidak tampil cantik dihadapan Noah, meski Noah sama sekali tak pernah mempermasalahkan itu. Noah mengusap pipi Nalla dan menghapus jejak air matanya. Saat Noah melakukan ini, Nalla malah semakin tersedu hingga membuat Noah beranjak untuk mendekapnya.
"That's okay, La...you should know, you're beautiful just the way you are...saya sering katakan itu, kan?" Noah berkata seraya mengusap punggung Nalla untuk menenangkannya. Nalla mengangguk lalu tersenyum saat perlahan Noah melepaskan dekapannya.
"Aku sakit, No...hidupku gak lama lagi..."
"Ssstttt...Don't talk like that, okay? Kamu harus sembuh, La."
"Aku gak bisa sembuh, No. Lagipula untuk apa lagi aku hidup...aku sudah benar-benar lelah..."
"Jika kamu pergi secepat ini, bagaimana dengan Ibu dan Naya?"
"Aku ingin menemani Ayah, biar Ibu berdua dengan Naya." Nalla bicara dengan mata yang begitu sendu, Noah mengusap punggung tangan Nalla karena Noah memahami sebenarnya Nalla sedang merasa kacau. Noah mampu melihat Nalla yang begitu sedih dan ketakutan menghadapi penyakitnya, namun Nalla seolah tak memiliki pilihan selain berpasrah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peluh Untuk Pulih
RomansOdy tak pernah menyangka bisa sedekat ini dengan Noah, senior yang diam-diam dikaguminya sejak SMA. Ody merasa bahagia, seolah mimpinya saat remaja menjadi nyata. Namun, kebahagiaan itu ternyata semu-Noah masih menunggu Nalla, mantan tunangannya yan...