Chapter 19

87 11 2
                                    

Ody terdiam dibawah semburan shower yang membasahi tubuhnya. Pikirannya masih melayang pada kejadian sore tadi. Hati Ody begitu gundah, perasaannya tak karuan, Oh God, what should I do? Rasanya ingin menemui Noah dan meminta maaf, tapi semua itu tidak mungkin ! Noah pasti sudah kesal padaku, ujar Ody dalam hatinya.

Ody segera meraih bath robe saat mendengar suara bel apartement nya di tekan berkali-kali. Pekerjaan siapa malam-malam begini bertamu? Ody memberengut keluar dari kamar mandinya menuju lantai bawah. Ody menghampiri monitor dan ternyata Barry sedang berdiri di depan pintu.

***

"You okay?"

Barry dengan raut wajah paniknya menatap Ody dari ujung kepala hingga kakinya. Ody yang merasa tidak nyaman karena hanya memakai bath robe dihadapan Barry langsung memberengut.

"Tunggu 5 menit disini, saya harus berpakaian." Ody membanting pintunya tepat dihadapan wajah Barry. Barry hanya bisa memejamkan mata karena terkejut dengan reaksi Ody. Sepertinya moodnya sedang buruk, pikir Barry.

Selang beberapa menit, Ody akhirnya membukakan pintu untuk Barry dan mempersilakannya masuk. Barry membawa 1 paperbag besar yang entah apa isinya. Barry mendudukan dirinya di sofa sambil menatap Ody.

"Saya harus mengeringkan rambut saya, wait for some minutes." Ody kembali menuju kamarnya di lantai 2 dan Barry menunggu sambil menyaksikan acara tv. Pikiran Barry berkecambuk saat tahu dari Arini bahwa Ody pulang lebih awal karena sakit. Barry begitu khawatir hingga membatalkan jadwal meeting dengan staff nya. Entah kenapa, Barry takut terjadi sesuatu pada Ody karena Barry tahu Ody baru saja bertemu dengan Pak Devon sesaat sebelum dirinya izin pulang lebih cepat.

"Ada perlu apa?" Ody berkata sambil melangkahkan kakinya di tangga. Seketika Barry menarik diri dari lamunannya dan tersenyum pada Ody.

"Arini bilang kamu sakit, jadi....saya berinisiatif untuk menjenguk kamu dan membawakan makanan untuk kamu. Saya bukan mengkhawatirkan keadaan kamu, tapi saya mau membalas budi karena saat dulu saya sakit kamu menjenguk saya dan membawakan saya makanan." Barry menceritakan panjang lebar akan maksud dan tujuan kedatangannya. Barry berkata seperti itu karena dirinya merasa gengsi jika Ody tahu dia mengkhawatirkan keadaannya.

"Okay..." Ody mengangguk lalu menyimpan paperbag yang Barry bawa ke meja kitchen bar. Ody membawa segelas orange jus untuk Barry dan setoples kripik kentang serta tortilla chips kesukaannya.

"Hanya ini yg tersisa, saya belum sempat belanja. Salah kamu gak mengatakan akan bertamu ke apartement saya." Ody berkata lemas lalu mengalihkan pandangannya ke layar tv sementara Barry memandanginya dengan seksama.

"Sepertinya kamu gak sakit?"

"What do you mean?"

"Ya, kamu terlihat baik-baik saja."

"Siapa yang mengatakan saya sakit? Saya hanya sakit kepala, saya merasa sangat penat dan butuh ketenangan."

"Karena?"

"Karena.... hmmm nevermind !" Ody memilih untuk tidak menceritakan apa yang terjadi pada dirinya dan Noah, namun Barry terus memandanginya dan Ody menyadari itu.

"Kenapa kamu gak jujur?" Ody menatap Barry tajam karena tidak nyaman dirinya terus di pandangi penuh curiga seperti itu.

"Maksud kamu?"

"Ya, kamu datang kesini karena ingin tahu apa yang terjadi di ruangan Pak Devon, kan?" Ody berkata cepat sambil memberengut kesal pada Barry. Barry berpindah duduk disamping Ody sambil menghadap ke arahnya. Barry tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.

"Exactly !" Barry berkata mantap dan menunggu penjelasan Ody. Mata Ody lansung berkaca-kaca, air matanya mengalir lagi karena mengingat kejadian tadi sore. Barry segera meraih tissue dan memberikannya pada Ody, pasti ada yang tidak beres !! Gumam Barry dalam hatinya.

Peluh Untuk PulihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang