Siang itu, Ody melirik arlojinya yang sudah menunjukkan tepat pukul 12.30. Tumben sekali manusia itu belum mengajakku makan siang, ucap Ody dalam hatinya. Ody yang sudah merasa lapar, langsung beranjak menuju ruangan Barry yang terletak tepat di seberang ruangannya. Tanpa permisi, Ody langsung membuka pintu dan melongokkan kepalanya. Tampak Barry sedang berdiri didepan dinding kaca, memandangi jalanan kota sambil berbincang di ponselnya.
"Nad ! It's okay kamu selalu ingin di mengerti, tapi kamu selalu lupa kalau aku juga butuh di mengerti !! Mulai sekarang, whatever !!! I don't need you again !!"
Barry terdengar berteriak di telepon, suaranya begitu marah, geram dan gusar. Ody mengernyitkan dahinya heran, mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Hmmmm tampaknya Barry sedang bertengkar hebat dengan Nadya, kekasihnya yang Ody ketahui menetap di Paris. Ody ragu sesaat untuk masuk, namun dirinya sudah tertangkap basah oleh Barry sedang terpaku di pintu. Barry segera mengakhiri sambungan teleponnya lalu terduduk di sofa sambil mengacak rambutnya frustrasi. Ody perlahan masuk lalu duduk di samping Barry sambil menggigit bibir bawahnya, canggung.
"Ehm...sambungan telepon ke luar negeri kan cukup mahal, bukankah lebih baik kamu selesaikan dulu masalah baru memutus teleponnya?" Ody berkata pelan sambil melirik Barry ragu. Barry tampak masih kesulitan menahan emosinya, ya Barry memang bad temper !
"Just shut up !" Barry berkata galak sambil menatap Ody tajam seolah mau melubangi kepalanya. Ody mengangkat bahunya tak peduli lalu memilih diam, menunggu Barry lebih tenang. Barry terlihat meremas ponselnya untuk mereduksi kemarahannya. Ody meraih ponsel dari tangan Barry dan meletakkannya di meja.
"Saya khawatir ponsel kamu remuk." Ody tersenyum paksa sambil menatap Barry, berharap Barry sedikit terhibur. Barry lalu terdiam menatap Ody kosong, Ody menepuk bahunya mencoba menenangkan.
"Everything is fine, oh come on jangan terlalu jadi pemarah. Saya yakin Nadya masih sangat mencintai kamu."
"Bukan itu, saya marah karena kamu menguping pembicaraan saya dengan Nadya !"
"Excuse me? Menguping? Saya hanya akan mengajak kamu makan siang, ketika saya buka pintu kamu sedang berteriak di telepon dan...."
"Dan kamu memutuskan untuk terpaku di pintu sambil menikmati pertengkaran saya dengan Nadya?"
"Kalau itu saya benar-benar terpaku, saya gak sengaja mendengar..."
"Hmmmmmm..." Barry terlihat kesal melihat Ody menyaksikan pertengkarannya dengan Nadya. Ody hanya tersenyum melihat sikap Barry yang...entah bagaimana dia terlihat lucu saat sedang marah.
"Bar, bagaimana kalau kita makan sekarang? Mungkin kamu marah karena lapar." Ody berkata sambil menarik kemeja Barry, Barry dengan cepat menghempaskan tangan Ody dari lengannya. Barry masih marah...
"Memangnya ada masalah apa antara kamu dengan Nadya? Sepertinya sangat pelik..." Ody mengatakan kata terakhirnya sambil berbisik, khawatir menyinggung Barry. Barry menggelengkan kepalanya, memberi isyarat bahwa dirinya enggan menceritakan apa yang terjadi. Ody mengerlingkan matanya, tidak peduli dengan tanggapan Barry.
"Sepertinya saya butuh break dengan Nadya."
"Kenapa pria selalu mengatakan break alih-alih mereka sebenarnya ingin putus."
"Hubungan saya dengan Nadya itu...wasting time."
"Why? Bukankah kalian sudah lama bersama?"
"I don't know tapi saya merasa seperti itu."
"Mungkin karena kalian terlalu lama menjalani long distance. Will be better, kamu mengambil off dan mengunjungi Nadya ke Paris. Saya yakin Nadya akan senang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Peluh Untuk Pulih
RomanceOdy tak pernah menyangka bisa sedekat ini dengan Noah, senior yang diam-diam dikaguminya sejak SMA. Ody merasa bahagia, seolah mimpinya saat remaja menjadi nyata. Namun, kebahagiaan itu ternyata semu-Noah masih menunggu Nalla, mantan tunangannya yan...