"Nar? You okay?"
Kalimat itu meluncur dari mulut Barry sesaat setelah Kinar lebih tenang dan keluar dari ruangan Mamanya. Kinar terlihat lebih tenang namun wajahnya masih sangat muram karena keadaan Mamanya yang belum stabil.
Kinar mendudukkan dirinya di samping Barry sambil mengurut pelipisnya. Barry mengusap lengan atas Kinar, seketika Kinar meneteskan air matanya dihadapan Barry dan Barry langsung mendekapnya. Barry sudah menganggap Kinar seperti kakaknya sendiri. Selama ini, Barry selalu menjadi penengah diantara Noah dan Kinar yang acap kali berselisih paham.
"Katakan pada Noah, tinggalkan wanita jalang itu jika dia masih ingin hidup." Kinar berkata dingin pada Barry sambil menghapus sisa air mata di pelupuk matanya.
"He so stupid ! Entah bagaimana Papa dan Mama bisa mencetak anak seperti Noah, even keledai saja masih lebih pintar dari dia." Kinar tersenyum getir mengatakan ini, sementara Barry langsung terkekeh.
"I just...Oh my God why??? Kenapa wanita itu datang lagi? Aku sudah benar-benar frustrasi menghadapi Noah hampir 8 tahun yang lalu, Bar !! Bayangan itu seolah datang lagi dan menghantui aku, Bar ! Aku membawa Noah pindah ke New York, selama 1 tahun aku terus menemani Noah konseling dan terapi dengan seorang Psychologist, aku bolak balik ke rumah sakit karena panic attack nya seringkali kumat !! Hari demi hari aku berjuang untuk mengembalikan Noah seperti semula. Kamu tahu ini kan Bar??" Kinar berkata disisa suaranya sambil melirik Barry. Barry meengangguk pelan sambil mengusap punggung Kinar, mencoba menenangkannya yang terlihat begitu emosional.
"Ya, I knew it Nar."
"Aku hanya takut itu terjadi lagi Bar, aku gak mau kehilangan Noah ! What should I do??" Kinar menggeram kesal sambil menangis seperti anak-anak dan Barry kembali mendekapnya. Dirinya benar-benar sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa dan untung saja Barry hadir tepat waktu sehingga Kinar bisa menumpahkan semuanya pada Barry.
"I know...I know Nar. Sorry, aku gagal menjaga Noah untuk kamu, tapi kamu tahu sendiri Noah seperti apa. Jika Noah menginginkan sesuatu, dia gak akan menyerah kecuali merasakan dulu akibatnya." Barry berkata pelan, mencoba menenangkan Kinar yang sedang sangat gusar. Meski tak dapat di pungkiri, hati Barry pun benar-benar tak karuan saat ini. Barry memejamkan matanya sejenak, ternyata dirinya terlambat ! Kinar sudah terlanjur mengetahui semuanya.
"Aku akan coba bicara pada Noah, kamu tenang saja, okay?" Barry menatap mata Kinar, mencoba meyakinkannya bahwa Barry bisa membantu menyelesaikan permasalahannya. Meskipun Barry juga kebingungan mengingat hubungannya dengan Noah tidak begitu baik karena Ody.
"Thanks Bar. Well, kamu lebih baik pulang... Kamu terlihat lelah."
"Kita makan malam dulu, setelah itu baru aku akan pulang. How?" Barry menilik Kinar namun Kinar hanya terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Oh come on. Setelah memukul Noah, menampar dan mendorong Nalla, aku yakin energi kamu sangat terkuras dan membuat kamu lapar." Barry tersenyum sambil menaik turunkan alisnya. Kinar mengangguk perlahan, menatap Barry tanpa ekspresi.
"Let's go ! Aku yang traktir." Barry menarik pelan tangan Kinar hingga Kinar beranjak dari duduknya, Kinar menghembuskan nafasnya berat.
"Memang kamu yang harus mentraktir karena aku gak membawa dompet." Kinar melengos berjalan lebih dulu meninggalkan Barry. Barry terkekeh sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Kinar. Barry lalu menyusul Kinar yang sudah masuk ke dalam lift.
"Aku rasa...kamu itu marah karena lapar bukan karena tahu Noah kembali pada Nalla." Barry berbisik pada Kinar yang mengundang tatapan tajam darinya.
"Just shut up ! Aku akan bunuh perempuan jalang itu !"

KAMU SEDANG MEMBACA
Peluh Untuk Pulih
Storie d'amoreOdy tak pernah menyangka bisa sedekat ini dengan Noah, senior yang diam-diam dikaguminya sejak SMA. Ody merasa bahagia, seolah mimpinya saat remaja menjadi nyata. Namun, kebahagiaan itu ternyata semu-Noah masih menunggu Nalla, mantan tunangannya yan...