Malam itu, Noah memutuskan untuk menemui Ody karena sejak kemarin Ody menghilang. Entah bagaimana, Ody tidak mengaktifkan ponselnya hingga Noah kehilangan akses untuk menghubungi. Noah sebenarnya ingin marah, karena Ody menghilang tanpa sebab bahkan Ody mengingkari janjinya untuk menemani jalan-jalan. Menurut informasi dari Ergi, kemarin Ody sangat sibuk hingga tidak terlihat keluar dari kantor dan Ergi juga memastikan Ody tidak pergi dengan Ben, karena Ben tampak meninggalkan VB sebelum jam makan siang.
Pagi ini, Ergi memberikan informasi bahwa Ody tidak keluar dari apartement yang artinya Ody absen dari kantornya. Entah apa yang terjadi pada Ody, namun Ergi tidak memberikan update informasi pada Noah sejak siang. Ergi juga menghilang entah kemana, panggilan dan pesan Noah tidak dijawabnya sama sekali. Noah berharap Ergi baik-baik saja dan tidak terjadi sesuatu pada orang kepercayaannya ini.
Noah menghentikan langkah didepan pintu apartement Ody dan menekan bel berkali-kali. Berselang beberapa menit, Ody membuka pintunya dengan begitu lunglai. Ody terlihat pucat dan lemas dengan mata yang sembab, Noah sudah dapat menerka...sepertinya Ody sedang tidak baik-baik saja.
"Babe, you okay?"
"Ya...masuk." Ody menjawab singkat tanpa mau menatap wajah Noah sedikitpun. Ody bergeser memberikan Noah ruang untuk masuk. Entah bagaimana, Noah sudah berfirasat buruk saat baru saja melangkahkan kakinya memasuki apartement Ody.
"Apa kamu sakit?"
"Hanya sakit kepala, tapi sudah membaik." Ody menjawab ketus pertanyaan Noah lagi-lagi tanpa menatap wajahnya. Noah meraih lengan Ody dan Ody tampak mendengus kesal saat Noah melakukan ini. Ody langsung membebaskan lengannya dari Noah, seolah tak ingin Noah menyentuhnya sama sekali. Ody berjalan menuju kitchen bar dan membuka lemari es, mencari minuman untuk disajikan pada Noah.
"Sorry, saya harus lead meeting secara online sejak siang tadi, jadi saya baru sempat kemari. Apa kamu sengaja mematikan ponsel?" Noah mencoba untuk bertanya pelan pada Ody, namun Ody benar-benar tak berminat menanggapinya.
"Okay...kamu mau minum apa?"
"Saya akan ambil sendiri jika haus."
Ody terdengar membanting pintu lemari es saat Noah menolak tawarannya untuk minum. Noah segera menghampiri Ody yang entah kenapa, sejak kedatangannya kemari terlihat begitu emosi. Noah mencoba mengendalikan diri untuk tidak membalas marah saat melihat sikap Ody.
"Is there any problem?" Noah meraih tangan Ody sambil meniliknya, namun dengan sigap Ody membebaskan tangannya dari genggaman Noah. Ody berjalan lebih dulu menuju living room, meninggalkan Noah di dapur. Seketika Noah merasa panas dingin melihat sikap Ody, kenapa Ody begitu marah? Apa yang terjadi pada Ody? Jangan katakan jika Ody tahu tentang Ergi, gumamnya dalam hati.
Baru saja Noah mendudukkan dirinya disisi kanan Ody, Ody langsung bergeser untuk memberikan jarak dengan Noah.
"Ergi itu siapa?"
Tanpa berbasa-basi, Ody langsung menembakkan pelurunya tepat di kepala Noah. Noah menutupi keterkejutaannya dengan tetap menampilkan sikap tenang. Akhirnya, rasa penasaran Noah akan sikap ketus Ody terjawab sudah dan sesuai dengan dugaannya, Ody tahu tentang Ergi. Noah yang tertangkap basah kini merasa sedang berhadapan dengan bom waktu yang sebentar lagi akan meledak dan mungkin membunuhnya. Oh God...help me please !
"Ergi?"
"Ya..."
"Ergi...orang kepercayaan saya."
"Kamu yang meminta dia untuk mengawasi saya?"
"Ya."
"WHY???"
Ody berkata begitu tegas dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Perasaannya bercampur aduk antara marah, sedih, kesal dan kecewa atas sikap kekanak-kanakan Noah. Sebenarnya, detik ini Ody sudah siap menangis, namun sekuat tenaga Ody mencoba menahannya. Noah yang merasa bersalah hanya dapat menundukkan kepala.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peluh Untuk Pulih
Roman d'amourOdy tak pernah menyangka bisa sedekat ini dengan Noah, senior yang diam-diam dikaguminya sejak SMA. Ody merasa bahagia, seolah mimpinya saat remaja menjadi nyata. Namun, kebahagiaan itu ternyata semu-Noah masih menunggu Nalla, mantan tunangannya yan...