Ada apa ini?
Gelap sekali di sini, apakah aku bermimpi lagi?
Seseorang tolong aku!
Tolong selamatkan aku!
Aku tidak mau terjebak di sini lagi. Di sini begitu dingin dan menakutkan.
Ada sebuah cahaya di sana, tapi kenapa cahaya itu semakin jauh?
Tunggu dulu!
Jangan menjauh!
Percuma saja, semakin kencang aku berlari menghampiri, cahaya itu juga terasa semakin jauh.
"Bangun Taehyung-ah, masih banyak hal yang belum kita selesaikan"
Siapa di sana?
Apakah ada seseorang di sana?!
Siapapun!
"Kemalangan ini harus dihentikan Taehyung-ah. Kali ini kita tidak boleh lalai membaca garis takdir lagi. Atau kita semua akan mati sekali lagi"
Kita semua?
Mati?
Siapa kita yang dia maksud itu?
*****
"Haah ... Haah ... Haah ..." Kedua manik hazel itu terbuka lebar, ia menatap nyalang ke sekitar seraya menelan ludah dengan kasar.
Napasnya tampak tersengal, dan bulir keringat mengalir dari dahi menuruni pipi, dan kemudian berakhir pada lehernya yang jenjang.
"Kau baik-baik saja? Bagaimana perasaan mu?"
Taehyung menatap seorang dengan sneli putih yang duduk di seberangnya. Dengan sebuah pulpen di tangannya dan sebuah buku dipangkunya, ia bertanya seraya menatap Taehyung dengan sedikit khawatir.
"Aku tidak baik-baik saja. Tapi semuanya terasa tidak benar, seperti berada di dalam sebuah ruangan sempit dan menyesakkan. Aku rasa aku tidak bisa melakukannya lagi, Hyung" jawab Taehyung dengan suara serak. Taehyung meneteskan air mata, perasaannya menjadi tidak karuan saat ini, entah kenapa dia hanya ingin menangis saat ini.
Sang dokter, atau Kim Seokjin menghela napas, hipnoterapi yang ia coba terapkan tidak membantu banyak, keadaan Taehyung justru semakin memburuk dibandingkan pada prosedur pertama yang mereka lakukan dua minggu yang lalu.
Seokjin meletakkan buku dan pulpennya ke atas meja, ia berjalan menghampiri Taehyung yang berada di sofa yang berseberangan dengan sofa yang tengah ia duduki.
Seokjin mengelus pundak bergetar pemuda itu, sementara sang empu menangis dengan tersedu-sedu, kedua tangannya meremas Surai coklatnya dengan putus asa.
"Apa mungkin aku sudah benar-benar gila, Hyung?" Tanya Taehyung di sela tangisannya.
Seokjin menggelengkan kepalanya, "hanya karena jiwa mu sedang sakit bukan berarti kau sudah gila, jangan terlalu jahat kepada dirimu sendiri, Taehyung-ah" Seokjin merengkuh tubuh Taehyung dengan lembut, ia mengusap bahu Taehyung berusaha untuk menenangkan pemuda yang tampak putus asa tersebut.
Seharusnya Seokjin tidak boleh melakukan ini, karena ada beberapa etika dan batasan yang harus dia jaga antara hubungan dokter dan pasien selama jam terapi berlangsung, seorang dokter tidak boleh terlalu dalam memberikan empati dan simpati kepada sang pasien, karena itu akan mempengaruhi terapi yang akan sang dokter berikan.
Seorang dokter, terutama spesialisasi kejiwaan, tidak boleh mendukung sisi rapuh dan lemah pasiennya. Seorang dokter harus profesional dan memiliki kredibilitas terhadap profesinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Demigod : Into The New World
FantasyApakah kalian siap untuk bertemu dengan mereka kembali? Kali ini mereka kembali dengan sebuah misi yang jauh lebih besar dan mendebarkan. Akan ada satu lagi misteri alam semesta yang semakin terkuak, pertikaian dan perebutan kekuasaan, membuat merek...