Langit tampak begitu sendu sore ini, rintik-rintik hujan mulai turun membasahi bumi dan dalam sekejap berubah menjadi deras, angin berhembus dengan kencang, mengugurkan beberapa helai daun yang berusaha bertahan pada rantingnya.
Suara gemuruh juga turut bergema, saling bersahutan seakan tengah terjadi perselisihan di atas sana, ditambah dengan petir yang seperti tengah berlomba untuk mencapai permukaan tanah terlebih dahulu. Sore ini benar-benar terasa berbeda dari pada sore-sore sebelumnya.
"Jadi, kau mau bagaimana?" Tanya Taehyung kepada Jimin yang berada di sebelahnya. Sementara pemuda bersurai hitam itu hanya mengangkat bahunya untuk menjawab pertanyaan Taehyung.
Mereka berdua kini tengah berdiri di sebuah halte bus yang berada di dekat kawasan rumah Jimin. Taehyung berencana untuk menginap di rumah Jimin malam ini, untuk membantu pemuda itu mengerjakan tugas dari Namjoon, sekaligus melanjutkan tugas akhirnya, yang hanya tinggal merombak beberapa bagian yang sudah ditandai oleh Namjoon tadi siang.
"Sudah kukatakan untuk tidak usah pulang ke rumahmu dulu, langsung ke rumahku saja!" Kesal Jimin kepada pemuda pemilik senyuman kotak tersebut. Tadi dia sudah mengusulkan untuk langsung ke rumahnya saja, karena langit memang tidak tampak bersahabat dari tadi siang.
"Tapi bagaimana dengan bajuku untuk ke kampus besok? Kalau pakai bajumu mana muat!" Seru Taehyung tidak mau disalahkan. Akan tampak aneh jika dia memakai baju Jimin, mengingat postur tubuh pemuda itu lebih kecil dari dirinya.
Tadi mereka memang menyempatkan diri mampir ke rumah Taehyung untuk mengambil beberapa keperluan pemuda itu, baru mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Jimin menggunakan bus umum. Namun sialnya hujan tiba-tiba turun, membuat mereka terjebak di halte seperti ini.
"Apakah rumahmu masih jauh?"
"Tidak terlalu jauh, tetapi kalau kita berlari menembus hujan akan lumayan basah juga"
Taehyung tampak menimbang-nimbang dan kemudian mengangguk pasti. "Baiklah, kita lari saja, nanti bisa langsung mandi agar tidak terkena flu" putus pemuda itu.
Jimin menatap Taehyung dengan sangsi, saat ini hujan benar-benar turun dengan deras, bahkan atap halte berbunyi begitu nyaring ketika butir air dari langit itu terjatuh di permukaannya.
"Kau yakin?" Tanya Jimin sekali lagi.
Taehyung mendekap ransel yang berisi baju, laptop dan lembaran tugas akhirnya dengan erat, benda-benda di dalam ini lebih berharga dari apapun untuk Taehyung saat ini. Dia rela kebasahan asal benda-benda ini aman, jika sampai sesuatu terjadi pada mereka, terlebih lagi lembar tugas akhirnya, Taehyung mungkin akan menangisinya selama satu minggu penuh.
"Ayo!!" Taehyung berteriak dengan girang dan kemudian berlari menembus hujan.
"A-ah! Tunggu dulu! Memangnya kau tahu harus kemana?!" Jimin bergegas berlari menembus hujan dengan tas selempang yang berisi sepatu tarinya diatas kepala. Lebih baik tasnya yang basah dari pada dia yang sakit keesokan harinya.
Beruntung Jimin tidak membawa apapun selain sepatu di dalam sana, karena memang niat Jimin untuk datang ke kampus hari ini hanya untuk menari, jadi dia tidak membawa laptop maupun tugas akhirnya.
Kedua pemuda itu terus berlari menembus hujan, suara gemuruh dan petir yang saling menyambar mengiringi langkah kaki mereka, angin berhembus semakin kencang, membuat dedaunan yang telah berjatuhan dari dahan berterbangan dengan liar.
Zrasss ...
Tiba-tiba sebuah petir melesat kearah dua pemuda yang tengah berlari itu. "Taehyung-ah!!" Jimin berteriak dengan histeris ketika melihat kejadian yang baru saja terjadi dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Demigod : Into The New World
خيال (فانتازيا)Apakah kalian siap untuk bertemu dengan mereka kembali? Kali ini mereka kembali dengan sebuah misi yang jauh lebih besar dan mendebarkan. Akan ada satu lagi misteri alam semesta yang semakin terkuak, pertikaian dan perebutan kekuasaan, membuat merek...