Bab 6

4.3K 384 1
                                        

Seharusnya sejak awal Eleanore tau jika pria itu memang tidak waras, bagaimana ia bisa cepat berbangga diri dan menganggap Nikolai adalah orang yang mudah di hadapi. Seharusnya Eleanore menyadari lebih awal, jika ia tengah berhadapan dengan seorang iblis licik.

Tak lama setelah mendapat pesan itu, Eleanore segera berpamitan untuk menyelesaikan urusannya dengan Nikolai, lebih cepat maka akan lebih baik.

Langkah Eleanore terhenti, tubuhnya terhuyung ke belakang tatkala seseorang menarik lengannya ke dalam salah satu ruangan yang berada di kediaman kekasihnya sendiri. Semua terjadi dengan cepat hingga Eleanore tidak sempat melakukan penolakkan atau perlawanan.

"Pakaian cantikmu menutupi jejakku dengan baik, bahkan Romeo tidak menyadarinya," puji Nikolai yang kini berada tepat di hadapan Eleanore dengan jarak yang sangat dekat, bahkan Eleanore bisa merasakan hembusa nafas pria itu menyapu kulitnya.

"Rohlstein," gumam Eleanore menatap pria itu dengan tajam, sontak mendorong tubuh Nikolai agar menjauh.

"Nikolai, panggil aku Nikolai seperti yang kau lakukan semalam ketika kau berada di bawahku."

"Menjijikan," dengus Eleanore, rasanya ia ingin meludahi wajah Nikolai saat itu juga.

"Jelas kau sangat menyukainya semalam, kau terus mendesah dan memohon untuk kusentuh."

"Mengancamku dengan menggunakan Romeo tidak akan berhasil. Kau tidak akan mendapatkan apa pun, jadi menyerahlah."

"Mengancam? Apa kau merasa terancam?" pria itu terkekeh membalik ucapan Eleanore, "Aku hanya ingin memberitahu Romeo Romanoff bahwa kekasihnya sangat menakjubkan, apa dia yang mengajarimu?"

"Nikolai, jangan terlalu percaya diri," telunjuknya menunjuk dada Nikolai sembari mendorong pria itu mundur, "Semalam hanyalah kecelakaan, jika aku dalam keadaan sadar maka aku tidak akan sudi melakukannya."

Melihat keberanian Eleanore justru membuat Nikolai semakin tertarik untuk bermain-main dengan perempuan itu.

"Bukankah kau tidak berada di posisi yang tepat untuk mengucapkan kalimat itu? Seharusnya sekarang kau memohon dan berlutut agar aku tidak memberitahu kekasihmu tentang apa yang terjadi."

"Berlutut dan memohon?" Eleanore berdecih, "Aku tidak akan pernah sudi berlutut untuk siapa pun."

"Semalam kau memohon agar aku sentuh juga berlutut di hadapanku, apa video yang aku kirimkan kurang jelas? Kalau begitu kita bisa menontonnya lagi."

"Sudah aku bilang jika dalam keadaan sadar maka aku tidak akan sudi melakukannya."

"Melihatmu seperti ini membuatku semakin bersemangat," jujur pria itu dengan seringai andalannya yang tampak menyebalkan bagi Eleanore.

"Melihatmu semakin membuatku jijik."

Nikolai tidak tersinggung sama sekali, ia justru senang dan bersemangat mendapati respon Eleanore.

"Simpan nomorku dengan baik, kedepannya kita akan saling berkomunikasi."

"Tidak sudi, jangan harap kita akan bertemu lagi."

Semakin Eleanore menolak maka semakin Nikolai pastikan jika takdir akan berpihak kepadanya, lagi.

"Kali ini warnanya hitam?" Nikolai menunduk, pandangannya terarah pada stiletto berwarna hitam yang Eleanore kenakan, "Di mana stiletto merah kesayanganmu?"

Tidak buruk. Nikolai juga menyukai stiletto hitam yang membalut kaki jenjang perempuan itu.

"Sudah kubuang dan kupatahkan, karena stiletto itu membawaku pada kesialan."

Under Her StilettosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang