Bab 32

2.9K 199 9
                                        

"Di mana perempuanku?"

Perempuannya, begitulah Nikolai menggambarkan sosok Eleanore kepada para pelayan di rumahnya.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam tetapi sampai detik ini, ia belum juga melihat keberadaan Eleanore.

Apa mungkin ia benar-benar kabur?

Bagaimana jika mempercayai dan membiarkannya pergi adalah keputusan yang salah?

Mungkinkah ia terluka saat dalam perjalanan?

Berbagai pertanyaan menghiasi kepala Nikolai, dan yang paling membuatnya marah adalah, mungkinkah ia terluka saat dalam perjalanan?

"Nona belum pulang sejak meninggalkan rumah tadi pagi," jawab seorang pelayan yang tengah menyajikan makan malam.

Rahang Nikolai mengeras, tampak marah ketika ia tidak bisa menghubungi ponsel Eleanore. Beberapa kali ia terus mencoba namun nihil, perempuan itu tidak menjawabnya.

Tak berapa lama ponselnya kembali berbunyi namun yang menghubunginya bukan Eleanore melainkan Linette, ibunya. Entah apa yang dikatakan oleh Linette saat menghubungi putranya itu, namun saat panggilan tertutup Nikolai langsung bergegas beranjak pergi ke rumah orangtuanya.

Nikolai tampak sangat tergesa, ia bahkan memarkirkan mobilnya sembarang dan bergegas masuk ke dalam rumah orangtuanya. Hatinya baru sedikit tenang ketika melihat sosok yang sudah ia cari sejak tadi.

"Mengapa kau tidak menghubungiku?" sambar Nikolai menghampiri Eleanore, tatapannya menggelap marah.

"Ponselku tertinggal dan aku tidak mengingat nomormu."

"Kalau begitu seharusnya kau pulang dan menemuiku."

"Mengapa reaksimu berlebihan seperti itu?"

"Berlebihan?" Huh, Nikolai tak percaya Eleanore mengatakan itu setelah menghilang selama satu hari–tidak, tepatnya setengah hari.

"Ya, kau berlebihan," tegas Eleanore. "Aku hanya pulang sebentar lalu saat dalam perjalanan pulang aku bertemu dengan Aunt Linette, beliau mengajakku untuk bermain di rumahnya, kami terlalu asik berbicara hingga lupa waktu."

Meski Eleanore terlihat kesal ketika memberikan penjelasan panjang lebar namun hal itu tetap meredakan amarah Nikolai. Hanya itu yang ia perlukan, sebuah penjelasan.

"Aku hanya mencemaskanmu," akunya dengan suara melembut kemudian secara mengejutkan memeluk tubuh Eleanore seperti anak kecil yang memeluk ibunya.

Melihat respon Nikolai yang tak seperti biasanya membuat Eleanore sedikit melunak. "Kau pikir aku kabur?"

"Ketimbang kabur, aku pikir kau terluka dan mati dalam perjalanan seperti anjing jalanan."

"Aku anjing terlatih, aku tidak mati semudah itu," jawab Eleanore sukses mengubah suasana hati Nikolai.

"Baguslah, aku tidak salah memilih anjing."

"Lepas," pintanya mendorong tubuh Nikolai agar melepaskan pelukkannya, "Kau membuatku sesak."

"Nik," panggil Linette yang tengah menghampiri keduanya, "Kau sudah sampai? Makan malam lah bersama kami di sini."

"Tidak perlu, aku hanya menjemput Eleanore pulang."

Tentu saja apa yang Linette harapkan dari putra tunggalnya yang durhaka ini?

"Kau ingin pulang begitu saja padahal Eleanore sudah membantuku memasak sebanyak ini, kau tidak ingin mencicipinya?"

Nikolai bukan anak kecil yang bodoh, ia tau ibunya berbohong dan juga Eleanore tidak bisa memasak. Namun ia tetap menghargai usaha ibunya dan segera bergabung di meja makan.

Under Her StilettosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang