Bab 2

5.2K 440 2
                                        

Jika bukan karena ayahnya yang mengingatkannya untuk pulang mungkin Eleanore tidak akan mengingat jalan pulang. Setelah ibunya meninggal, Eleanore memutuskan untuk keluar dari rumah itu meski beberapa kali ia akan pulang karena sang ayah yang memintanya.

Hubungan Eleanore dan sang ayah yang tidak terlalu baik menjadi salah satu alasan mengapa ia memutuskan untuk tinggal terpisah. Selain itu, kenangan yang ada pada rumah itu selalu mengingatkan Eleanore pada ibunya dan berakhir larut dalam kesedihan.

Namun di sinilah Eleanore sekarang. Meski enggan, namun ia terpaksa harus kembali ke rumah ini setidaknya untuk beberapa hari.

Langkahnya menyusuri taman luas yang berada tepat di samping rumahnya, sengaja ingin menetralkan isi kepalanya dengan menghirup udara malam.

Untuk beberapa saat Eleanore masih berjalan dengan santai hingga akhirnya ia menyadari bahwa ada seseorang yang tengah mengikutinya. Dalam situasi itu, Eleanore justru tetap terlihat tenang.

Bukannya merasa takut, Eleanore justru menyeringai kecil karena dugaannya benar ketika mendapati sebuah bayangan pria tepat di belakangnya dan tengah mengikutinya.

Dilihat dari bayangannya, pria itu memiliki tubuh yang tinggi dan besar. Meski ahli dalam bela diri, ukuran tubuh Eleanore dan pria itu tidak sebanding. Maka dari itu, Eleanore memilih untuk berjalan ke arah gudang yang berada di ujung taman.

Minimnya penerangan pada ujung taman membuat Eleanore memiliki kesempatan untuk bersembunyi.

Dengan cekatan Eleanore menarik belati yang selalu ia bawa pada garter belt dagger nya, menunggu waktu yang tepat untuk menyerangnya dari belakang.

"Siapa kau?" belati milik Eleanore melingkari leher pria yang diduga telah mengikutinya, "Mengapa kau membuntutiku?" tanya Eleanore tanpa bisa melihat wajah pria itu karena posisinya yang membelakangi Eleanore.

"Nikolai," pria itu mendengus menahan belati dengan tangannya kemudian berbalik menatap Eleanore, "Nikolai Rohlstein."

Meski dengan penerangan yang minim namun dengan jarak sedekat ini Eleanore bisa melihat dengan jelas wajah pria di hadapannya sekarang.

Alisnya yang tebal menjadi pendukung ketika matanya menatap Eleanore cukup mengintimidasi, bibirnya yang tebal menyeringai tipis, kemudian hidung mancungnya menjadi pelengkap kesempurnaan wajah pria itu.

Untuk sesaat Eelanore tertegun, tanpa sengaja justru meneliti wajah angkuh itu. "Sudah puas melihatku?" tanya pria itu memecah lamunan Eleanore.

"Rohlstein?" kembali menyimpan belatinya merasa jika pria itu tidak berbahaya, "Jelas jika ini bukan kediaman Rohlstein, apa yang membuat seorang Rohlstein kemari?"

Eleanore tau siapa keluarga Rohlstein, meski tidak pernah melihat pria di hadapannya ini namun tidak mungkin ada yang berani mengclaim dirinya sebagai seorang Rohlstein untuk menipu.

"Kedatanganku untuk membuktikan langsung rumor yang beredar, bahwa Tuan Lyubov memiliki putri dengan paras yang sangat cantik."

Eleanore mendengus, langsung menyadari jika saat ini ia tengah menghadapi seorang bajingan, "Oh, jadi apa kau sudah membuktikan bahwa itu sekedar rumor atau fakta?"

"Senang bertemu denganmu," ucap Nikolai tanpa menjawab pertanyaan Eleanore.

"Aku tidak senang bertemu denganmu," menanggapi pria itu dengan senyum meremehkan. Tidak ingin berusursan lebih lama, Eleanore segera pergi dari hadapan pria itu.

Under Her StilettosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang