Bab 28

1.5K 135 8
                                    

"Jadi," Linette tampak memandangi Nikolai dan Eleanore bergantian. Kini mereka tengah berada di kamar inap Eleanore, perempuan itu tertunduk lemas tak sanggup menatap mata Linette atau menyangkal pengakuan Nikolai.

"Kami berkencan, dia kekasihku," ulang Nikolai dengan begitu percaya diri. Di belalang sana telapak tangan besarnya menyelinap masuk ke dalam baju pasien milik Eleanore, mengusap punggung telanjang perempuan itu.

Rupanya kehadiran ibunya Nikolai tidak membuat pria itu kehilangan keberaniannya untuk melakukan segala hal yang pria itu inginkan.

"Sejak kapan?" tanya Linette masih tak percaya dengan pengakuan putranya. Sama seperti Eleanore, Linette pun terkejut dengan situasi ini. Rasanya seperti mendapat kabar bahwa putra tunggalnya, Nikolai sudah menghamili seorang perempuan dan tengah meminta restu untuk menikah.

Nikolai, putra tunggalnya itu memang selalu berhasil memberinya kejutan dan tingkah laku serta tindak-tanduknya yang menyeleweng.

"Apa itu penting? Lagi pula sekarang kami sudah berkencan. Mama menyukainya atau tidak, dia tetap kekasihku."

Ah, baik. Dengan ego dan gelaga Nikolai, Linette tau jika ia tidak akan bisa berbicara dengan putranya di sini. Lebih baik segera mengakhiri pembicaraan mereka karena kecanggungan yang dirasakan oleh Eleanore mulai ia rasakan.

"Kita akan melanjutkan pembicaraan ini di rumah." Linette bangkit seakan pamit kepada putranya dan untuk beberapa saat memandangi Eleanore sebelum pergi begitu saja.

Entahlah, apa pandangan Linette kepada Eleanore berubah setelah mengetahui fakta palsu bahwa dirinya tengah berkencan dengan putranya.

Sejak mengetahui kenyataan bahwa Linette adalah ibunya Nikolai, ia menjadi semakin sedikit menciut untuk menatapnya. Maka dari itu sejak tadi Eleanore hanya menunduk, ia bahkan tidak mengatakan apa pun meski mulutnya sangat ingin menyangkal dan memberikan penjelasan yang sebenarnya.

"Mengapa kau berbohong? Kau suka mempermainkan ibumu sendiri seperti itu?" tanya Eleanore tampak kesal dengan Nikolai yang tidak merasa bersalah sedikit pun.

"Lalu mengapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya? Memberitahunya tentang hubungan kita yang sebenarnya."

"Kita tidak memiliki hubungan apa pun," tegas Eleanore semakin kesal mendengar kata hubungan kita yang sebenarnya, yang keluar dari mulut Nikolai.

Cih, mereka hanya orang asing dan Nikolai terlalu percaya diri untuk mengclaimnya. Mengenalnya saja Eleanore tak sudi, apa lagi harus dekat dan memiliki hububgan dengan pria itu.

"Kau anjingku."

"Lalu kau majikanku, begitu?"

"Bukankah sudah jelas?"

"Bahkan anjing diperlakukan lebih baik, kepala mereka akan diusap dan dipuji, tetapi kau? Kau mempelakukanku lebih buruk dari seekor binatang."

Ocehan panjang itu tampaknya tidak menggeser hati nurani Nikolai, karena selanjutnya pria itu justru mengusap lembut kepala Eleanore seperti ia tengah mengusap kepala seekor anjing. "Seperti ini? Kau mau kuusap seperti ini? Apa ini membuatmu lebih baik, anjingku?"

"Enyahlah!" ketusnya menepis tangan Nikolai kasar dari kepalanya, harusnya Eleanore tidak meladeni pria itu.

"Mengapa kau sangat kesal?" tanya Nikolai tak merasa bersalah, pria itu bahkan tidak menyadari apa kesalahannya.

"Keberadaanmu saja sudah membuatku sangat kesal, jadi sekarang enyahlah!"

Bukannya merasa tersinggung, Nikolai justru menikmati reaksi Eleanore yang mengamuk seperti itu. Ia memperhatikan gerak-gerik Eleanore yang naik ke atas ranjang pasien dan meringkukkan tubuhnya, berusaha mengabaikan Nikolai.

Under Her StilettosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang