Untuk menyadari betapa bodoh dirinya. Ia merelakan kehidupan pertamanya dan Kembali hidup di kemudian hari.
Tapi anehnya. Dia masih lemah juga.
-Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur.
-Bijak dalam mencari buku yang akan di baca sesuai...
Bjir. Padahal kapan lalu udah bilang ngga akan up bl lagi. Memang hati nurani yang bajingan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
..
Di samping mobil. Zoya berdiri menatap 2 laki-laki saling menikmati bibir masing-masing.
"Eh, Aku pikir Dia liatin kita kayanya, kacanya tembus pandang ya?."
Dominan yang berada di bawahnya ikut menoleh, lalu kembali fokus tak perduli pada Zoya yang masih mematung di sana.
"Cowok gue."
"Hah? Cowo lo?"
"Iya- udah kita fokus aja. Emangnya lo ngga horny apa? Buruan gue ngga tahan."
"Tapi, Dia liat kita."
Dominan itu berdecak. "Yaudah sih bodoamat. Ngga perduli gue."
Submisif itu melirik keluar dengan perasaan tak nyaman. Tapi bagaimana lagi?
Declan itu amat tampan dan di sukai banyak orang. Jika Ia menolaknya belum tentu akan ada kesempatan lain bagi dirinya.
Toh- pasti kekasih dari Declan sudah biasa seperti ini. Jadi tidak mungkin kan? Dia akan sakit hati atas perilaku ini.
Jadi, mereka mengabaikannya. Melanjutkan kegiatan sembrono yang pada akhirnya membawa Zoya pada kesadaran, ketika- mobil dari lawan arah menabraknya hingga terpelanting jauh bersama spion mobil Declan yang ikut tertabrak.
Declan dan pasangan sexnya terkejut dan menghentikan kegiatannya. Mereka keluar dan melihat apa yang baru saja terjadi secara terburu-buru.
"Spion gue kena. Fuck!"
Tapi dari pada itu. Mobil yang menabrak itu menghilang. Meninggalkan literan darah yang sudah membanjiri jalanan.
Kedua laki-laki itu ketakutan dan pucat. Zoya terluka parah. Namun matanya masih terbuka dengan lirihan permintaan tolong yang keluar dari mulut banjir darahnya.
Declan menarik pasangan sexnya ke dalam mobil. "Lan! Gila lo! Itu cowo Lo jangan di tinggal!" Teriaknya.
"Dia masih hidup. Masih bisa di tolong!"
Declan tak perduli. Dia mengabaikannya.
"Anjing! Gila! Kalo ngga mau nolongin telfon polisi dulu!"
